Hal-hal yang dirindukan dari Suasana Ramadlan Dan Persiapan Lebaran ya banyak banget.
Aku ingat dulu saat bulik bulikku masih padha muda dan belum berkeluarga, kami suka membuat kue kue sendiri untuk persiapan lebaran. Di ruang tengah rumah simbah yang luas, kami duduk melingkar atau kadang dengan posisi sesuka hati, tapi sambil membuat dan mengulen adonan kami berbincang bincang akrab. Tentang apa saja. Ngalor ngidul lah.
Setelah adonannya jadi kami mencetaknya dengan cetakan atau ya menggunakan tangan untuk memlintir adonan jadi stick panjang kumis kucing, atau diisi abon lalu diditekuk alias mbungkus dan dicuili pinggirnya jadi pastel dan lain lain. Setelah itu adonan yang sudah dicetak dimasukkan oven. Biasanya menjelang maghrib, kue kue sudah jadi. Aku boleh ikut mencicipi sedikit setelah buka puasa. Yang lainnya dimasukkan ke dalam toples. Besoknya kami membuat lagi kue yang lain. Begitu terus sepanjang hari sampai sebelum tanggal 17 ramadlan. Karena setelah nuzulul quran semua bersiap untuk maleman alias sholat malam di sepuluh hari terakhir ramadlan, berdiam di masjid beberapa waktu lalu sholat lailatul qodar, njungkung nyuwun marang Gusti Allah.
Kok bikin kuenya banyak banget sampai bertoples toples? Karena tamunya simbah bnayak banget. Termasuk tamu tamu bulik bulikku dan keluarga kami di rumah besar otu.
Sejak bulik bulik berkeluarga, mereka membuat kue kue itu di rumah mereka masing masing, sedangkan ibu lebih memilih beli kue langsung jadi dalam toples di toko. Jadi kesenangan yang dulu kudapat saat persiapan lebaran itu tidak lagi bisa kurasakan. He he he
Kalau suasana ramadan yang kurindukan adalah sholat berjamaah di masjid, sholat garawih dan witir, yang sekarang tidak kulakukan karena lebih memilih sholat dalam rumah sebab ada pandemic corona.
Juga sholat lailatul qodar di malam tanggal ganjil ramadlan yang kemarin kemarin masih bisa dikerjakan bersama sama di masjid. Bahkan sampai meluber ke jalan jalan dan alun alun demak. Tahun ini maleman terpaksa libur.
Rasa yang dulu khusyu sepanjang ramadhan juga kurindukan sekali. Entah bagaimana kali ini kok serasa hilang. Hiks. Sedih banget.
Semestinya meskipun ada corona, dan melakukan semua ibadah di rumah bisa tetap khusyu dan khudur. Tapi mungkin memang spiritualku baru low bat, ya gimana ya, musti ikhlas lillah. Ala kulli hal alhamdulillah. Masih diberi umur sehingga sempat mencicipi ramadhan, masih diberi kesehatan dan kekuatan sehingga bisa berpuasa, tadarus, tarawih, witir. Semoga dengan rasa syukur, nikmat akan ditambah
Aamiin aamiin ya robbal alamiin
Suasana Ramadlan yang juga bikin ribet tapi tidak bisa diabaikan adalah keriuhan mencari baju baju lebaran untuk anak anak, suami, saudara, keponakan keponakan, orang tua dan mertua. Beuh itu bukan cuma menguras saku tapi menguras energi. Kadang kadang kita suka bajunya tapi nggak suka harganya. Ada yang harganya sesuai kantong tapi model atau bahannya kok gitu aja aja ya. Waduh ribet deh. Bisa bolak balik pasar dan supermarket dalam beberapa hari demi menemukan semua buruan belanjaan baju lebaran ini. Kadang kadang mengganggu kekhusyuan ibadah romadhan juga lho ini. Makanya suka mengambil celah waktu pas datang bulan alias haidl saat mau cari baju lebaran ini. Tapi kadang makin mendekati lebaran pilihan koleksinya mulai habis dan harganya semakin tinggi. Dilema banget tho. Untunglah di masa pandemi corona kita gak bisa keluar rumah, jadi gak ada lagi aktifitas ribet cari baju lebaran. Hu hu hu tapi gak ada sholat idul fitri sedih juga ya. Hiks hiks
Kalau kalian, apa yang kalian rindukan dari suasana ramadlan dan persiapan lebaran?
Meski Ramadan dan Lebaran kita tahun ini berbefa, semoga tetap penuh hikmah dan berkah ya mba.. Aamiin..
BalasHapusiya, mbak. Aamiin aamiin. mudah-mudahan binashrillah bi 'aunillah
Hapus