Fashion Jas Dian Nafi

 Fashion Jas Dian Nafi



Beberapa waktu lalu sempat terpikir untuk membeli jas guna menghadiri undangan sebagai nara sumber seminar dari lembaga pemerintah. Tapi kemudian ingat bahwa sebenarnya koleksi jas di rumah sudah lumayan banyak. Jadi tinggal cari saja di lemari, meskipun tercecer di beberapa lemari yang berbeda di rumah yang tidak sama. Daripada beli lagi tapi malah menambah tumpukan beban hidup yang seharusnya diminimalisir, ya kan. 

Dian Nafi dan Legenda Sastrawan Indonesia NH Dini


Dian Nafi pada Acara Kementerian Kesehatan di Hotel Horison Semarang

Setelah sukses memanfaatkan outer batik double side, dan jadi kapstok hidup di beberapa event, kali ini jadi tergelitik untuk mengorek dan menggali fashion yang lain. Sama-sama outer atau atasan luar, tapi kali ini untuk forum-forum yang lebih resmi. Pilihannya tentu saja jas. Berikut beberapa penampakannya. 

Dian Nafi di Universitas Dian Nuswantoro. 


Dian Nafi dan Hetih Rusli di Festival Literasi Taman Ismail Marzuki Jakarta


Dian Nafi dan pak Gita Wirjawan di School of Government Public Policy 



Dian Nafi di Leiden Central Belanda


Dian Nafi di Nijmegen Belanda


Dian Nafi di Boorhavelan Leiden Belanda
Dian Nafi di Radboud University Nijmegen Netherland

Dian Nafi di Seminar Penulisan Arsitektur dengan para arsitek dari beberapa kota di Indonesia




Dian Nafi bedah buku Mesir Suatu Waktu di Toko Buku Gramedia Pandanaran Semarang

Discover the Secret of Copywriting Success with Dian Nafi

 

Discover the Secret of Copywriting Success with Dian Nafi

Copywriting memiliki pengaruh yang besar pada tingkat keberhasilan bisnis yang dijalankan. Bila rekan-rekan berniat untuk mengembangkan usaha, maka copywriting adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan. Dilansir dari laman Demand Metric, hal ini bisa memangkas biaya pemasaran sebanyak 62% dan mampu menghasilkan leads yang lebih banyak.

Apa yang membedakan copywriting dengan cara penulisan lainnya? Bukankah seluruh materi pemasaran bisa ditulis oleh siapa saja?

Di dalam pelatihan ini, Dian Nafi, seorang trainer dan penulis buku terbitan Grup Kompas Gramedia, akan menjelaskannya untukmu.

Jumat, 1 Oktober 2021
Pukul 14:00 - 16:00 WIB
Daring (via Zoom Video Meeting)

Zoom Class: Writerpreneurship & New Normal



Zoom Class: Writerpreneurship & New Normal


Writerpreneurship Dan Era New Normal

Rabu 20 Mei 2020 kemarin, Dian Nafi mendapat undangan dari satgas NU peduli covid-19 untuk mengisi sesi sharing via zoom. Topiknya tentang writerpeneurship dan  Era New Normal.

Alhamdulillah sesi satu jam ini menjadi kesempatan untuk menyemangati utamanya diri sendiri dan juga lebih banyak orang lagi supaya bisa memanfaatkan era new normal, di mana makin banyak pengguna internet dan gadget. Writerpreneurship makin punya banyak peluang dan kesempatan yang lebih luas. sayang sekali kalau kita tidak bisa menggunakan dengan sebaik-baiknya. mengendarai momentum dengan seoptimal mungkin, mengerahkan segala daya upaya usaha dan doa untuk bisa menghasilkan yang terbaik.

baik dari sisi kemanfaatan, sehingga kepenulisan kita memiliki nilai jariyah yang masih bisa kita petik buahnya meskipun kita sudah tiada dan berpindah ke alam lain, maupun dari sisi benefit berupa finansial,material, jaringan, networking dan lain-lain yang bernilai duniawi.

However kita semua tahu bahwa yang sepertinya tampak duniawi juga bisa menjadi bekal yang baik untuk ukhrowi kita. Kan muslim mukmin yang kuat secara ekonomi justru yang dianurkan, agar kita punya kemandirian, sehingga tidak meminta-minta. Ya kan. Aamiiin..
Apalagi kalau bisa memberi. Karena Orang yang tangannya di atas lebih baik daripada tangan di bawah. 

Ada banyak banget sebenarnya yang bisa dibahas terkait writerpreneurship. Karena waktunya singkat, hanya satu jam sudah berikut tanya jawab, maka dalam kesempatankemarin dibagikan tentang tiga jalur kepenulisan yang profitable.


**

Ini bentuk woro-woronya dari panitia
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pandemi Covid-19 di Indonesia telah berlangsung 3 bulan, bukannya menurun namun semakin meningkat. Berbagai upaya telah dilakukan yaitu pembatasan2 diberbagai hal, diantaranya Social distancing dengan stay at home dan lain sebagainya. Sayangnya masalah lain pun muncul, kebosenan, ekonomi dll.
Atas hal tersebut mau tidak mau kita harus berdamai dengan keadaan tersebut namun tetap bersikap positif dan produktif. Salah satunya dengan mengasah diri menjadi penulis, banyak hal bisa kita tuliskan apalagi saat seperti ini, dan jangan lupa ini bisa jadi ladang pundi kekayaan kita lho.!!

Untuk lebih jelasnya mari kita ikuti ngaji online bersama satgas Covid19 PCNU kabupaten Demak
Malam ini Jama'ah Taraweh nanti malam, 28 Romadhon 1441 H/20 Mei 2020, mari Jama'ah ZOOMiyyah bersemangat untuk tetap MENGAJI ONLINE INTERAKTIF meskipun dari rumah masing2
*[RELAY LIVE]*
TEMA 📖
🤲🏻 *Writerpreneurship dan Era New Normal*
Narasumber:
*DIAN NAFI*
( Penulis, Arsitek, Gusdurian Demak )

Hari: Rabu
Tanggal: 20 Mei 2020
Pukul: 20.30-21.30 WIB
📱 Via Zoom Cloud Meeting 💻
*_Catatan:_*
📽 _Untuk persiapan, link dibuka *15 menit sebelum* acara dimulai_
🔇 _Seluruh peserta dimohon agar mengaktifkan mode *MUTE* 🎙️Microphone di tampilan SmartPhone/Laptop/Notebook masing2 saat bergabung di Jama'ah ZOOMiyyah demi kenyamanan bersama, *kecuali* diberi kesempatan dalam sesi tanya jawab sudah diberikan waktu oleh moderator_
📡 _Apabila ada peserta Ngaji Interaktif Online yang terputus koneksi, bisa segera terhubung kembali dengan click link url Meeting yg sama/Mengisi ID yg sama selama durasi masih berlangsung. Posisi lokasi tempat Njenengan mengikuti Ngaji Online menentukan kualitas koneksi😁🙏, mari tetap bersemangat!!!🛰️🛰️🛰️_
Wassalamualaikum Wr. Wb.
*_Cyber Teamwork Satgas NU Peduli Covid-19 Kabupaten Demak😉💪💪💪🇮🇩🇮🇩🇮🇩_*

Megengan: Bincang Budaya RRI dan Dian Nafi

Megengan: Bincang Budaya RRI dan Dian Nafi

dian nafi


Tanggal 7 Mei 2020 jam 16.00 WIB sampai selesai, ada topik tentang Megengan saat acara  Bincang Budaya RRI dan Dian Nafi



Megengan tradisi masyarakat jawa pada umumnya khususnya di jawa tengah, jawa timur, dan yogyakarta dalam menyambut bulan Ramadhan, megengan diambil dari bahasa Jawa yang artinya menahan. Ini merupakan suatu peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan
Megeng berarti menahan diri. Mengenali jati diri. Terkendali di jalan Ilahi. Megengan wujud syukur menyambut bulan Ramadhan suci, dg silaturahim & memaafkan. Tersimbol dalam ritus kue ‘afwan. Lisan Jawa jd apem

Tiap menjelang Ramadan ada tradisi ‘punggahan’ atau ‘megengan’. Tiap rumah bawa makanan ke masjid/musholla buat didoain bareng. 

Megengan ala covid-19. Didongani sendiri, diantar ke tetangga satu per satu. biasane cukup dibawa ke musala...

Kue apem merupakan simbol permohonan ampun untuk segala dosa & kesalahan yg pernah diperbuat. Kue Apem biasa dihadirkan dlm ritual 'Megengan'. Megengan dilaksanakan dlm menyambut datangnya bulan suci Ramadhan & sbg bentuk syukur atas nikmat yg diberikan oleh Allah SWT.


Megengan berasal dari kata dalam bahasa Jawa ‘megeng’ yang artinya menahan. Dalam konteks ini, megengan memiliki filosofi menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, amarah dan hawa nafsu lainnya yang tidak diperbolehkan selagi menjalankan ibadah puasa.

Masih belum diketahui secara pasti, sejak kapan tradisi ini lahir dan mulai berkembang di masyarakat. Menurut Prof. Dr. Nursyam, M.Si, akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya, ada dugaan kuat bahwa tradisi ini diciptakan oleh para Wali Sanga, khususnya Kanjeng Sunan Kalijaga.

Wali sanga memang dikenal ramah dalam menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat. Mereka banyak menggunakan cara-cara simbolik yang dekat dengan budaya masyarakat saat itu. Tradisi megengan sendiri disinyalir merupakan akulturasi antara budaya yang kental dengan masyarakat Jawa dan ajaran Islam.

Alasan wali sanga menggunakan akulturasi budaya dalam proses dakwahnya adalah, karena di masa-masa awal penyebaran agama Islam di Nusantara, masyarakat masih sangat kental dengan beragam tradisi yang sudah mengakar kuat dalam kehidupan mereka.

Jika Islam diajarkan secara frontal, dikhawatirkan masyarakat akan menolak kehadirannya. Di situlah bukti kreativitas wali sanga. Mereka sangat piawai membungkus dakwahnya dengan berbagai hal yang dekat dengan masyarakat.

Begitu pula dengan megengan yang dibungkus melalui tradisi upacara atau slametan yang sudah umum berkembang di masyarakat kala itu. Bila ditilik lebih jauh simbol-simbol yang ada dalam tradisi tersebut, makna sebenarnya adalah Melakukan persiapan secara khusus dalam menghadapi bulan yang sangat disucikan di dalam Islam.

Dugderan: Bincang Budaya RRI bareng Dian Nafi

Dugderan: Bincang Budaya RRI bareng Dian Nafi
dian nafi

Tanggal 5 Mei 2020 jam 16.00 WIB sampai selesai, ada topik tentang Dugderan saat acara  Bincang Budaya RRI dan Dian Nafi

Dugderan  adalah tradisi yang diselenggarakan di banyak kota di Jawa, menjelang Ramadhan datang. 


Dugderan juga merupakan festival tahunan dari Kota Semarang yang diadakan seminggu sebelum bulan suci Ramadhan. Dugderan sudah dilaksanakan sejak tahun 1882 saat Semarang berada dibawah kepemimpinan R.M. Tumenggung Ario Purbaningrat. Sejak masa kolonial, perayaan dugderan dipusatkan di Masjid Agung Semarang atau Masjid Besar Semarang (Masjid Kauman) yang berada di kawasan Kota Lama Semarang dekat Pasar Johar.

Biasanya ada acara kirab warak ngendog


warak ngendog itu merupakan hewan mitologi yang sakti
Sebagian besar warga Semarang hanya tahu Warak Ngendog sebagai mainan ukuran besar yang diarak menjelang dugderan. Padahal, nih, ada cerita seru di baliknya.Dugderan itu akulturasi antara budaya Arab+Jawa+Tionghoa untuk menyambut Ramadan.

Warak Ngendog sebenarnya pada zaman dahulu kala merupakan hewan mitologi yang sakti bagi warga Semarang. Bentuknya merupakan perpaduan antara kambing pada bagian kaki, naga pada bagian kepala, dan buraq di bagian badannya.

Warak Ngendog ini berasal dari paduan bahasa Arab Wara'i (Suci) dan Jawa Ngendog (Bertelur). Bentuknya merupakan perpaduan antara kambing pada bagian kaki, naga pada bagian kepala dan buraq di bagian badannya

Dandangan: Bincang Budaya RRI dan Dian Nafi

Dandangan: Bincang Budaya RRI dan Dian Nafi

dian nafi



Tanggal 3 Mei 2020 jam 16.00 WIB sampai selesai, ada topik tentang Dandangan saat acara  Bincang Budaya RRI dan Dian Nafi




Dandangan merupakan tradisi yang menerjemahkan hadits tentang Tarhib Ramadlan. 

Barangsiapa gembira menyambut Ramadhan, Allah haramkan api neraka menyentuh badannya. (HR Muslim)

Marhaban Yaa Ramadhan.
Tarhib Ramadhan. Bergembira menyambut bulan suci ramadhan

Tarhib artinya menyambut 
Ramadhan memang wajib disambut 
Disambut dengan riang gembira 
Ramadhan adalah tamu agung
Memuliakan tamu adalah karakter seorang muslim 



Dandangan adalah tradisi peninggalan Sunan Kudus sejak 450 tahun lalu, yang dilakukan untuk menyambut datangnya awal Ramadhan. 


Menurut sejarah, nama ”dandangan” berasal dari suara beduk Masjid Menara Kudus yang berbunyi dang, dang, dang saat ditabuh untuk menandai awal bulan puasa.

Dandangan merupakan tradisi penyambutan Ramadhan yang berasal dari Kabupaten Kudus. Dandangan dipusatkan di Masjid Menara Kudus yang tak jauh dari Makam Sunan Kudus. Awalnya Dandangan adalah sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh para Santri dengan berkumpul di serambi masjid untuk menunggu pengumuman awal puasa dari Sunan Kudus. Kini Dandangan lebih seperti sebuah pesta rakyat berupa pasar malam dan kirab budaya.


 Biasanya menjelang Ramadan seperti sekarang ini, di Kota Kudus ada tradisi “Dandangan” tapi tahun ini kita semua sedang mengikuti anjuran pemerintah untuk memutus mata rantai covid19 dan #dirumahaja


Menu