Kenapa Kita Kadang Berdoa dengan Ragu-ragu

 



Pernahkah kamu menutup mata, merangkai kata dalam hati, lalu memanjatkan doa… tapi di dalam dada ada rasa ganjil?

Rasa itu bisa berupa ragu—apakah Tuhan mendengar? Apakah aku layak meminta ini? Atau malah takut, bagaimana jika doa ini terkabul tapi ternyata aku belum siap menerimanya?

Keraguan dalam doa adalah pengalaman yang sangat manusiawi. Ia bisa muncul dari rasa rendah diri, luka masa lalu, atau bahkan kebingungan tentang apa yang benar-benar kita harapkan.
Tapi yang jarang kita sadari, ragu itu bukan penghalang doa. Ia justru bisa menjadi pintu masuk untuk kita mengenal diri sendiri lebih dalam, memahami hati, dan mendekat pada Tuhan dengan cara yang lebih tulus.

Buku Kenapa Kita Kadang Berdoa dengan Ragu-ragu karya Dian Nafi mengajak kita menelusuri perjalanan batin ini. Dengan bahasa yang hangat dan jujur, Dian mengurai mengapa keraguan hadir, bagaimana mengelolanya, dan bagaimana mengubahnya menjadi keyakinan.

Buku ini bukan sekadar bacaan, tapi teman yang menemani kita menapaki perjalanan spiritual. Membisikkan bahwa tak apa jika kadang kita ragu. Yang penting, kita tetap datang, tetap berbicara, tetap membuka hati.


Baca di sini 

https://play.google.com/store/books/details?id=yM99EQAAQBAJ

dan di sini

http://books.google.com/books/about?id=yM99EQAAQBAJ

Menu