Tampilkan postingan dengan label Sunyi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sunyi. Tampilkan semua postingan

Perisai Diri: Cerita Tentang Perempuan, Luka Sunyi, dan Keberanian untuk Melindungi Diri

Perisai Diri: Cerita Tentang Perempuan, Luka Sunyi, dan Keberanian untuk Melindungi Diri



Oleh Dian Nafi

Ada seorang perempuan yang selalu terlihat baik-baik saja.
Senang membantu orang lain, selalu tersenyum, tidak pernah ingin merepotkan siapa pun. Ia menjalani hidup dengan hati-hati—seakan dunia bisa pecah jika ia membuat kesalahan kecil.

Orang-orang bilang dia kuat.
Tapi jauh di dalam dirinya, ia sering merasa bingung:
“Kenapa aku lelah sekali? Kenapa aku tidak bahagia, padahal tidak terjadi apa-apa?”

Yang tidak ia sadari, ia lama hidup dalam tekanan yang tak berbentuk.
Kalimat-kalimat manipulatif yang dibungkus perhatian.
Permintaan yang terdengar masuk akal, tapi perlahan menguras hatinya.
Batas-batas diri yang tipis, lama-lama hilang.

Cerita itu, sayangnya, bukan milik satu orang.
Ini adalah cerita banyak perempuan.


Lalu lahirlah buku ini: Perisai Diri.

Dian Nafi menulisnya bukan untuk menggurui.
Tidak untuk memberi kuliah panjang tentang psikologi atau teori relasi.
Ia hanya ingin memberikan “lampu kecil” di tangan perempuan—agar mereka bisa melihat dengan lebih jelas jalan yang sedang mereka lalui.

Lampu itu berbentuk cerita sederhana, contoh nyata, pertanyaan reflektif, dan langkah praktis.
Karena sering kali, yang perempuan butuhkan bukan kata-kata rumit, tetapi teman yang menjelaskan dunia secara jujur dan lembut.


buku perisai diri tersedia di 

lynk 


Perisai Diri dimulai dari hal paling penting: mengenali apa yang terasa tidak benar.

Ada perempuan yang dipuji di depan umum, tapi diremehkan saat berdua.
Ada yang diberi hadiah, tapi dikontrol geraknya.
Ada yang diminta sabar, tapi tak pernah diberi ruang untuk bicara.
Ada yang disalahkan terus-menerus sampai ia percaya bahwa semua memang salahnya.

Buku ini membuka pelan-pelan:
mana perhatian, mana manipulasi.
mana cinta, mana kontrol.
mana kompromi sehat, mana pelecehan terselubung.

Dan ketika pembaca mulai mengenali tanda-tandanya, mereka sering berkata:
“Oh… jadi ini sebabnya selama ini aku merasa tidak nyaman.”

Kesadaran itu saja sudah menjadi bentuk perlindungan.


Namun Perisai Diri tidak berhenti pada luka.

Buku ini mengingatkan bahwa setiap perempuan berhak membangun batas.
Berhak berkata “tidak”.
Berhak memilih diri sendiri tanpa rasa bersalah.
Berhak pulih dari hal-hal yang membuatnya mengecil.

Ada bagian-bagian yang membantu pembaca mengenali kekuatan yang lama terkubur:
keberanian untuk bicara,
kejelasan untuk menetapkan batas,
ketegasan untuk melepaskan hal-hal yang merugikan,
dan yang paling penting—
keyakinan bahwa dirinya layak dihormati.


Karena pada akhirnya, Perisai Diri adalah tentang pulang.

Pulang pada diri yang lebih sadar, lebih tenang, dan lebih berdaya.
Pulang pada tubuh yang dihargai, pada perasaan yang didengarkan, dan pada suara hati yang selama ini pelan-pelan ditutup oleh dunia luar.

Buku ini kecil, tipis, sederhana.
Tapi seperti perisai, ia melindungi hal paling berharga:
diri kita sendiri.


Jika kamu pernah merasa tidak nyaman tapi sulit menjelaskan kenapa,
atau pernah hidup dalam hubungan yang membuatmu ragu pada dirimu sendiri,
Perisai Diri bisa menjadi teman perjalananmu menuju pemahaman dan keberanian baru.

*8

Pernah merasa tidak nyaman tapi sulit menjelaskan kenapa?
Atau merasa dikendalikan tanpa sadar?
📘 Perisai Diri membantu perempuan memahami tanda-tanda manipulasi dan pelecehan — dan bagaimana melindungi diri dengan cara yang sehat dan berdaya.
Karena keselamatan dan ketenanganmu itu penting. 💛
#BookRelease #perisaidiriindonesia


buku perisai diri juga tersedia di 
google play

buku perisai diri juga tersedia di 
google book