Aku bukanlah wanita yang sepenuhnya baik. Akhlakku belum sesempurna wanita lainnya. Namun, aku selalu belajar untuk lebih mencintai dan mentaati Sang Ilahi Rabbi. Memperbaiki sedikit demi sedikit untuk hijrah dan mengokohkan istiqomah kepada-Nya. Nafisya Khumairah, itu namaku. Aku biasa dipanggil Fisya. Aku bertempat tinggal di Demak, bersama keluarga Budhe Imah. Aku memang jauh dari orang tua, problem yang terjadi mau tak mau harus membuatku berpikir lebih dewasa lagi dan positif dalam menyikapi keadaan sekitar. Ibu, Bapak, dan mas Ryan tinggal di Jakarta. Mereka hanya pulang jika lebaran atau ada kepentingan saja. Rindu itu abu-abu aku kurang berseni untuk mengungkapkannya selain dalam sujud sajadah terbentang.
Malam itu aku tengah menonton acara pertandingan pencak silat di salah satu Gor kota Kudus. Inilah hobi yang kusukai sejak SMP. Menekuni hobi tersebut terkadang membuatku harus ikut terjun dalam event-event tertentu.
Aku menonton bersama saudara lainnya “Sya, ayo kita kesana. Kasih support ke Alif.” Aku hanya menganggukan kepala, sebetulnya aku tak begitu mengenalnya. Namun, aku tetap melihat dan men-supportnya sebagai saudara seperguruan pencak silat.
Jum’at sore, aku berlatih bersama teman-teman. Itu kedua kalinya aku bertemu pemuda yang sama. Awalnya aku tak mengerti nama pemuda itu kemudian aku bertanya pada pelatihku. Alif namanya. Sela-sela latihan, kulihat ia kurang fokus dan sesekali mendapat teguran dari pelatihku. Bahkan juga diejek karena pelatihku menebak ia gerogi saat latihan bersamaku. Aneh memang
Keeseokannya, saat di sekolah aku membuka salah satu akun sosmedku. Dinotifikasi aplikasi tersebut terdapat satu pesan, lalu ku buka pesan tersebut agak asing aku dengan nama yang tertera dalam identitas sosial medianya. “Dek fisya ikut ujian kenaikan sabuk?” begitulah isi pesan tersebut. Saat itu aku memang akan mengikuti ujian teks sabuk yang diselenggarakan di perguruan silatku. Aku bingung dari mana ia mengerti nama sosial media ku…. Akhirnya selang waktu berjalan kami berdua terkadang saling berkomunikasi, namun hanya beberapa kali saja. Aku heran ia selalu menutupi identitasnya, namun aku tak mengambilpusing menurutku biarlah waktu yang menjawab.
“kamu memang tidak mengnalku, tapi seiring waktu berjalan dengan sendirinya kamu akan mengenalku.” Ucapnya tempo hari lali
Aku hanya menurut dan mempercayainya saja, menurutku ia begitu misterius.
Akhir dessember lalu, kami sudah jarang berkomunikasi. Sudah 2 minggu lebih kami loss contact, pada saat itulah rasa ini tiba-tba hadir. Aku benci itu…… aku sudah mengetahui namanya, ia adalah Alif Muhammad Syaibani. menghilang setelah rasa itu hadir
Ia sosok pemuda religius, terbilang lucu, penasehat, penyemangat dan sulit sekali untuk ditebak. Lamanya tanpa kabar “Sya, kamu ada dirumah?” tanya Krisna lewat via chat
“aku lagi dikost Kris, ada apa?” balasku
“Aku mau kerumah kamu sama Alif, yaudah gapapa. Alif titip salam buat kamu.” Balas krisna yang membuat ku terkejut
Pemuda yang sekian lamanya tanpa kabar, dengan anehnya tiba-tiba datang kerumah. Entah apa yang ada dipikiran pemuda itu, aneh
“Assalamualaikum, Fisya pulang budhe.” Ucpku ketika sampai dalam rumah “Waalaikumsalam, iya nduk. Kemarin itu lho ada 2 pemuda datang kesini, yang satu ganteng lucu pakaiannya rapi sama satu lagi yang pernah kesiini waktu puasa dulu tapi, budhe lupa namanya nduk.” Ujar budhe Imah
“Nggeh budhe, itu temen Fisya. Namanya Alif yang budhe bilang ganteng lucu itu sama yang satunya namanya Krisna.” Ujarku sambil tertawa pelan
“Oalah, iyoyo nduk kamu juga dibawain oleh-oleh sama anak ganteng itu lho. Budhe taruh diatas nakas lemari.” Balas budhe
Aku bingung apa yang dia bawakan untukku, sambil kubawa ke ruang tamu ternyata isi bingkisan itu buah-buahan dan beberapa makanan lokal Kudus. Aku tertawa dalam hati, sungguh menggemaskan tingkah pemuda itu
Awal puasa Ramadhan telah tiba, kami semakin menjaga jarak. Membatasi antara percakapan kami berdua
“Assalamualaikum, gimana kabarnya Fisya?” tanya nya lewat via whatshapp “Waalaikumsalam. Alhamdulillah Fisya baik, kamu gimana?”
“Doakan saja, semoga slalu dalam lindungan Nya” balasnya
Jujur saja aku cukup senang ketika mendapat pesan dari pemuda itu. Rindu yang bersemayam takut sekali untuk diungkapkan, malu rasanya jika mengatakan, maka dari itu aku sering mendoakan secara diam-diam
“Assalamualaikum” isi pesan darinya
“Waalaikumsalam” balasku
“Gimana puasanya Sya, penuh apa ndak?” tanyanya
“Alhamdulillah, kalo begitu aku ingin menitipkan sesuatu kepada mu. Tolong jaga dan rawatlah barang tersebut.” Ujarnya misterius
“Apa itu?” tanya ku penasaran
“Nanti kamu akan tahu sendiri” balasnya
Aku bergumam dan bertanya-tanya apa yang akan diberinya, tapi, ahsudahlah ingat Fisya jaga perasaanmu……………Kecuali pada Nya, rasa itu memang fitrah tapi alangkah baiknya engaku jangan sampai menodai rasa tersebut dengan hal yang tidak baik.
Menjelang hari Idul Fitri, hari yang suci dimana manusia saling memaafkan untuk menuju fitrahnya yang suci. keesokannya setelah sholat ID, pemuda itu menepati janjinya. Ia datang kerumah membawa bingkisan barang yang ia bicarakan dulu “Fisya, jaga barang ini baik-baik ya” hanya itu saja yang diucapkannya
“Baiklah Alif, terimakasih ya” balasku sambil tersenyum
Setelah itu ia pamit dari rumahku. Aku tak buru-buru membukanya kuletakkan dahulu diatas meja kaca ruang tamu. Adzan dhuhur berkumandang, kuambil air wudhu kutunaikan terlebih dahulu kewajiban yang diperintahakan Allah SWT
Lalu kubuka bingkisan tersebut, sebuah Al-Qur’an sederhana namun memiliki sampul coraj yang indah. Aku sangat menyukainya
“Bacalah, amalkan, kalo bisa dihafalkan juga.” Isi secarik kertas yang ada didalam bingkis Al-Qur’an tersebut
“Makasih Alif, aku sangat menyukainya. Insya Allah aku akan belajar sedikit demi sedikit” ucapku lewat via chat
“Iya, sama-sama J” balasnya
Setelah itu, mungkin kita sama-sama memperbaiki diri untuk lebih baik lagi dihadapan Nya. Entah siapa yang memulai kami mulai menjaga jarak/ dari situlah aku mengerti, tidak harus sepasang remaja mempunyai ikatan yang belum baik. Sebagai remaja, terus perbaiki diri dan perbanyak ilmu untuk masa yang akan datang.
“Rindu itu memang biasa, tak apa Fisya. Tidak apa-apa jika kamu menghubungiku duluan. Doakan saja dan lebih baik mengaduh kepada Nya.” Ucapnya tempo hari lalu
Aku mengerti, ya. Aku akan berpegang teguh pada prinsipki, insya Allah menjaga batasan dan saling mendo’akan. Sulit mengatasnamakan rasa itu, tidak terkecuali kepada Sang Illahi Rabbi………
**
Untuk kerjasama dengan DeMagz
For reservation, review and any other collaboration, please do not hesitate to contact at 085701591957 (sms/wa)
DM twitter @DeMagz_
DM IG @vivademak https://www.instagram.com/vivademak/
inbox FB Page: https://www.facebook.com/demagz/
Line: diannafi57
Email: demagzcie@gmail.comKetika Rasa Bertahmid
Ketika Rasa Bertahmid Cerpen by Risma Aku bukanlah wanita yang sepenuhnya baik. Akhlakku belum sesempurna wanita lai...