Ini sebenarnya bagian ketiga dari Novel Sprint Master, tapi isinya kok banyak mengandung kata Dua. Gitu sih asal muasal judul postingannya :D
Masih harus terus lanjut mencicil (#eaaaa istilahnya boook :D) draft novel Sprint Master ya. Meski ada juga menyelip materi dan insight-insight lain sedikit. Tetap kami akomodir, nanti saat revisi dan re-write tinggal ditata lagi dan disrempet-srempetin lah biar nyambung :p
Mau baca bagian lain dari Novel Sprint Master juga?
Baca Bagian 1
Baca Bagian 2
**
Mnrtmu, apa yg menggerakkanku ke tempat itu. Dua kali dlm kurun yg berbeda, utk hanya bisa melihat dari kejauhan org yg sama.. Yg bahkan dlm mimpi, dia dan istrinya menolak kehadiranku. dan dia bahkan dua kali mematahkan harapanku krn kayaknya cuma php saat dimintai sponsor dan bahkan mengacuhkanku saat aku minta surat referensi. cuma surat lho, tapi aku dicuekin juga. sedih nggak sih.
(Tentang mimpi itu, mungkin aku harus menuliskannya secara khusus di postingan atau tempat lain. Intinya waktu itu memang semesta menarikku untuk mendekat dan melihat ada kemungkinan-kemungkinan, namun semesta pula yang memberikan alarm padaku untuk stop, berhenti sebelum memulai bahkan menjauh perlahan-lahan. Karena dalam beberapa kali mimpiku itu, seolah-olah aku datang ke base camp mereka sebagaimana banyak orang lain yang datang untuk menerima berbagai fasilitas dan kebaikan keluarga besar serta perusahaan mereka yang memang jiwa sosialnya tinggi. Namun dalam mimpi-mimpiku itu juga aku seolah bisa merasakan penolakan dari pasangan beliau agar aku tidak berjalan melebihi dari sebatas rekanan, kolega, teman, sahabat, keluarga. I can feel it. Very strong. JAdi meski isyaratnya hanya dalam mimpi, aku tahu diri dan memagari diriku sedemikian rupa sehingga berlaku sebagaimana seharusnya aku. Jaga jarak)
Kalau saja aku mendekat, apakah dia akan senang atau biasa aja atau kikuk? Krn dia pernah kikuk, dulu. Dua kali Pertama saat dia undang aku ngisi pelatihan di tempatnya. Kedua saat aku hadir ketika dia bikin pelatihan di kota sebelah kotaku. Aslinya aku selalu hadir tiap dia dtg n py gawe
Hanya dua kali yg terakhir ini sajalah yg aku datang tapi tak berani mendekat dan menyapa. Dan kusadari penyebabnya adlh pak bos terlihat makin rapi, stylish, modis dan mboys. Sementara aku makin tua, buluk dan serampangan cara berpakaiannya. Jauh jaraknya seperti bumi langit
Kenapa aku selalu keroyo royo untuk datang jauh jauh dari kota kecilku ke kota sebelah tempatnya berkegiatan, mungkin krn rasa berterimakasihku sebab dia salah satu guru nulisku yg dg sabar menunjukkan kesalahanku ber EYD. dan dg caranya dia memlethikkan ide di kepalaku,dan entah bgm serta dg mantra apa, dia sanggup membuatku mengeluarkan kemampuan terbaikku dalam menulis, mengeksekusi dan mengembangkan ide. Kurasa tingkat spiritual dan humanis juga leadershipnya yg tinggi itulah yang membuatnya sukses mengentaskan byk org, ngemong dan menyukseskan orang lain.
Oh ya, satu lagi, selain merasa berhutang budi pada beliau, kurasa aku juga masih merasa berhutang materi, sebab pernah menerima dua juta rupiah sebagai down payment novelku yang sudah kusetorkan draft nya waktu itu. Padahal tidak jadi terbit, tapi uangnya sudah masuk kantongku. He he he. Anggap saja itu sebagai uang sponsor yang sempat aku minta ya pak, tapi bapak urung memberikan. So, aku nggak perlu merasa berhutang lagi kan ya.
However, hutang budi itu sebenarnya jauuh lebih besar nilainya dari hutang material.
Aku rasa pak bos adalah bentuk lain dari sprint master juga. Kalau yang aku tulis dalam novel Sprint Master ini adalah sprint master dalam start up, pak Bos ini bahkan merupakan sprint master dalam kehidupan. Dua. Batiniah dan lahiriah. Duniawi dan ukhrowi. Dia tidak cuma mengajarkan tapi juga mencontohkan.
**
MAU BACA DRAFT NOVEL LAINNYA?
Teman-teman bisa ikut membaca Man Behind The Microphone dan 27 bagiannya di sini
0 Comments:
Posting Komentar