Menjadi bagian dari kru media
dan majalah tuh seru seru sedih. Serunya kalau liputan dan tulisan bisa
diselesaikan dengan tepat waktu serta bisa diterima baik oleh pembaca, apalagi
kalau mendapat tanggapan antusiasme yang heboh.
Sedihnya kalau musti mengejar
deadline di tengah tugas-tugas lainnya baik sebagai pelajar ataupun anak manis
yang musti menyenangkan orang tua.
Sedih banget tuh kalau misalnya
harus liputan di tengah siang hari bolong musim panas alias kemarau demi
mendapatkan konten buat majalah dan media yang sudah kita komitmenkan.
Sudah lah panas sekali terik
mataharinya. Gerah pula hawanya. Dan cuacanya juga bikin demam karena musim
panca roba peralihan panas ke dingin atau dingin ke panas. Ditambah pula dengan
polusi udara oleh debu, asap kendaraan dan lain-lain residu yang semakin
membuat tak nyaman suasana.
Kadang karena saking panas dan
keringnya, mata kita pun tak luput dari imbasnya. Rasanya mata tuh kering dan
akhirnya sakit. Sudah berkali-kali mengkerjap kerjapkan mata juga tapi tak
berkurang rasa sakitnya.
“Kamu kenapa, Ris?”
“Mataku sakit banget nih,” Risma
mengucek ucek matanya. Dia sejenak memandang langit seolah dengan begitu akan
ada perubahan.
“Jangan malah kamu ucek lah.
Ntar tambah sakit lho,” Dewi memperingatkan sahabatnya.
“Aku pulang ya,” mulai putus asa
Risma hendak beranjak pergi.
“Lhoh gimana sih. Kan liputan kita
belum selesai nih Kan arak-arakan prajurit
patang puluhannya belum selesai,” Dewi menarik lengan Risma, menahannya untuk
tidak jadi pergi.
Yang sebenarnya, dirinya sendiri
juga lumayan capek. Semalaman mereka meliput arak-arakan tumpeng songo dari
arah pendopo kabupaten ke arah masjid Agung Demak. Berdesak-desakan dengan
banyak warga yang berebut tumpeng dari Sembilan tumpeng tersebut.
Siang sebelumnya mereka sudah
jalan ke arena tempat Grebeg Besar di Tembiring. Dulu tempatnya di alun-alun
depan Masjid Agung persis. Tapi sejak beberapa tahun terakhir lokasinya jadi
lebih jauh sehingga mereka harus ekstra energy untuk ke sana.
Di hari-hari menjelang Idul Adha
begini, warga makin banyak yang memadati Grebeg Besar sehingga makin penatlah
tubuh ketika liputan seperti itu.
Pagi ini mereka ke Grebeg Besar
lagi melanjutkan beberapa pengambilan gambar dan makin siang makin kering dan
panas.
Kemudian mereka mengikuti arak-arakan
Prajurit Patang Puluhan dari arah masjid Agung ke Masjid Kadilangu. Dengan
panas dan kering yang makin menjadi-jadi.
“Mataku masih sakit,” keluh Risma menyerah.
“Wan!” Dewi meneriaki salah seorang kawan yang lewat.
“Kamu biasanya membawa banyak obat di kantong ajaibmu kan?”
cegat Dewi sembari menarik Awan mendekat ke arah Risma yang menunduk sambil
memejamkan matanya.
“Mata Risma kenapa?” Awan yang peka dan cepat tanggap
langsung memeriksa mata Risma, kawan akrabnya juga selain Dewi dan kru majalah
mereka lainnya.
“Nih pakai Insto Dry Eyes,” Awan mengambilkan obat dari
dalam tasnya.
“Insto dry eyes bisa
membantu mengurangi pegal di mata, sebab berfungsi seperti air mata
buatan,” imbuhnya.
Insto dry eyes mengandung bahan aktif
yang dapat mengatasi kekeringan pada mata dan dapat digunakan sebagai pelumas
pada mata. Selain itu juga memiliki bahan aktif yang dapat membunuh bakteri.
Obat tetes mata ini tersedia dalam ukuran 7.5 ml. Mata Kering,
Mata Sepet, Mata Pegel, Mata Perih, Mata Lelah merupakan gejala mata
kering. Solusi pegal, sepet dan perih pada mata tentu
saja Insto
Dry Eyes
“Alhamduillah. Makasih ya,” Risma sudah tersenyum
sekarang dan bisa melanjutkan liputannya hari ini.
0 Comments:
Posting Komentar