Don't Worry, Everything Gonna Be Alright

Don't Worry, Everything Gonna Be Alright


Arda beberapa kali mengalami kebangkrutan tapi alhamdulillah bisa bangkit lagi. Mungkin ibarat mau loncat yang jauh, harus mundur beberapa langkah ke belakang dulu.


Arda ingat banget dulu pas lagi "susah".
Untuk  makan saja sulit. Dan tinggal pun masih menumpang.
Padahal sudah beranak dua yang masih kecil-kecil, dua  tahun dan enam bulan.
Arda menganggur, punya hutang banyak. Eeh malah Arda meminta istrinya  keluar kerja (mungkin karena egonya sebagai suami)... Padahal sang istri  sudah 8 tahun bekerja sebagai  karyawan tetap Bank Swasta ternama, sudah berada di bagian back office lagi (bagian  Treasury).
Sang istri juga merupakan kebanggaan keluarga. 

Mertuanya saat itu cuma bilang, "Don't worry Baby, everything gonna be alright!"
Dan  besoknya sang istri langsung  resign.

Itulah mengapa Arda tidak bisa menduakan sang istri tercinta. Sang istri selalu percaya bahkan saat suara Arda bergetar mengungkapkan kebohongan.

Alhamdulillah Arda berhasil menata kembali kehidupannya setelah beberapa etape dan stage yang dia lalui. 
**



TENTANG BUKU HOW TO RESET YOUR LIFE

Ada masa di mana kita merasa sangat berantakan dan membayangkan seandainya semua ini bisa di-undo, dibatalkan. Atau andai saja hidup kita bisa di-reset, diulang lagi, sehingga yang berantakan itu jadi rapi, we start from zero. Kita mulai lagi dari nol.

Mungkin nggak ya?

Buku HOW TO RESET YOUR LIFE ini menjelaskan tentang proses membangun ulang bangunan hidup Anda, secara baik dan damai.

Dapatkan buku HOW TO RESET YOUR LIFE di toko buku Gramedia dan toko buku online. 

EVENT RESET YOUR LIFE TERDEKAT
NOVEMBER 22, 2019
09.00-12.00 WIB
HTM: Rp 300.000

Hotel Amaris Pancoran Jakarta Selatan




TENTANG RESET COACHING


Kehidupan tidak akan maju jika tidak mau membuat perubahan atau menata ulang. Hidup diibaratkan seperti rumah dan komputer. Apa yang terjadi jika rumah dan komputer tidak pernah di atur ulang? Tentunya keadaan rumah akan kacau dan komputer akan menjadi sangat lambat. Begitupun dengan hidup. Kita perlu melakukan Atur Ulang agar hidup mempunyai arah tujuan dengan jelas. Oleh karena itu, dalam pelatihan ini akan membahas masalah yang ada diatas yaitu bagaimana menata ulang kehidupan yang amburadul menjadi lebih baik. Dalam konteks baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari semesta yang lebih luas.  Melalui Workshop ini, Anda akan dapat memindai permasalahan Anda, meredefinisi diri, dan menata kembali aspek-aspek kehidupan Anda seperti karir, asmara, dan kehidupan.

Workshop ini sesuai untuk Anda yang ingin mengatur ulang hidup Anda. Bagi Anda yang sedang memiliki masalah asmara, karir, bisnis, hubungan, kehidupan; Anda disarankan untuk mengikuti workshop ini. Materi yang akan Anda pelajari dalam Workshop ini adalah:
1. Memindai Akar Masalah Diri Anda
2. Menjelaskan dan menggambarkan ulang diri Anda
3. Langkah dan Tips menata kembali kehidupan

Daftar Sekarang. Langsung klik  http://bit.ly/resetcoachjak

**



Dua yang Tiga (Novel Sprint Master)

Dua yang Tiga (Novel Sprint Master)



Ini sebenarnya bagian ketiga dari Novel Sprint Master, tapi isinya kok banyak mengandung kata Dua. Gitu sih asal muasal judul postingannya :D

Masih harus terus lanjut mencicil (#eaaaa istilahnya boook :D) draft novel Sprint Master ya. Meski ada juga menyelip materi dan insight-insight lain sedikit. Tetap kami akomodir, nanti saat revisi dan re-write tinggal ditata lagi dan disrempet-srempetin lah biar nyambung :p

Mau baca bagian lain dari Novel Sprint Master juga?
Baca Bagian 1
Baca Bagian 2



**
Mnrtmu, apa yg menggerakkanku ke tempat itu. Dua kali dlm kurun yg berbeda, utk hanya bisa melihat dari kejauhan org yg sama.. Yg bahkan dlm mimpi, dia dan istrinya menolak kehadiranku. dan dia bahkan dua kali mematahkan harapanku krn kayaknya cuma php saat dimintai sponsor dan bahkan mengacuhkanku saat aku minta surat referensi. cuma surat lho, tapi aku dicuekin juga. sedih nggak sih.

(Tentang mimpi itu, mungkin aku harus menuliskannya secara khusus di postingan atau tempat lain. Intinya waktu itu memang semesta menarikku untuk mendekat dan melihat ada kemungkinan-kemungkinan, namun semesta pula yang memberikan alarm padaku untuk stop, berhenti sebelum memulai bahkan menjauh perlahan-lahan. Karena dalam beberapa kali mimpiku itu, seolah-olah aku datang ke base camp mereka sebagaimana banyak orang lain yang datang untuk menerima berbagai fasilitas dan kebaikan keluarga besar serta perusahaan mereka yang memang jiwa sosialnya tinggi. Namun dalam mimpi-mimpiku itu juga aku seolah bisa merasakan penolakan dari pasangan beliau agar aku tidak berjalan melebihi dari sebatas rekanan, kolega, teman, sahabat, keluarga. I can feel it. Very strong. JAdi meski isyaratnya hanya dalam mimpi, aku tahu diri dan memagari diriku sedemikian rupa sehingga berlaku sebagaimana seharusnya aku. Jaga jarak)

Kalau saja aku mendekat, apakah dia akan senang atau biasa aja atau kikuk? Krn dia pernah kikuk, dulu. Dua kali Pertama saat dia undang aku ngisi pelatihan di tempatnya. Kedua saat aku hadir ketika dia bikin pelatihan di kota sebelah kotaku. Aslinya aku selalu hadir tiap dia dtg n py gawe


Hanya dua kali yg terakhir ini sajalah yg aku datang tapi tak berani mendekat dan menyapa. Dan kusadari penyebabnya adlh pak bos terlihat makin rapi, stylish, modis dan mboys. Sementara aku makin tua, buluk dan serampangan cara berpakaiannya. Jauh jaraknya seperti bumi langit


Kenapa aku selalu keroyo royo untuk datang jauh jauh dari kota kecilku ke kota sebelah tempatnya berkegiatan, mungkin krn rasa berterimakasihku sebab dia salah satu guru nulisku yg dg sabar menunjukkan kesalahanku ber EYD. dan dg caranya dia memlethikkan ide di kepalaku,dan entah bgm serta dg mantra apa, dia sanggup membuatku mengeluarkan kemampuan terbaikku dalam menulis, mengeksekusi dan mengembangkan ide. Kurasa tingkat spiritual dan humanis juga leadershipnya yg tinggi itulah yang membuatnya sukses mengentaskan byk org, ngemong dan menyukseskan orang lain.


Oh ya, satu lagi, selain merasa berhutang budi pada beliau, kurasa aku juga masih merasa berhutang materi, sebab pernah menerima dua juta rupiah sebagai down payment novelku yang sudah kusetorkan draft nya waktu itu. Padahal tidak jadi terbit, tapi uangnya sudah masuk kantongku. He he he. Anggap saja itu sebagai uang sponsor yang sempat aku minta ya pak, tapi bapak urung memberikan. So, aku nggak perlu merasa berhutang lagi kan ya.


However, hutang budi itu sebenarnya jauuh lebih besar nilainya dari hutang material.


Aku rasa pak bos adalah bentuk lain dari sprint master juga. Kalau yang aku tulis dalam novel Sprint Master ini adalah sprint master dalam start up, pak Bos ini bahkan merupakan sprint master dalam kehidupan. Dua. Batiniah dan lahiriah. Duniawi dan ukhrowi. Dia tidak cuma mengajarkan tapi juga mencontohkan.





**
MAU BACA DRAFT NOVEL LAINNYA?
Teman-teman bisa ikut membaca Man Behind The Microphone dan 27 bagiannya di sini

Sprint Master bagian 2

Sprint Master bagian 2
Image

Kmrm 10 cuitan itu 450 kata. Per cuitan berarti 40-45 kata ya. Alhamdulillah barusan dpt beberapa puluh cuitan. Lanjuut

##

Lagi ttg salah pilih. Jumat lalu itu ada event satelite uwrf, ada workshop umkm, ada kelas nulis bbj, dan aku ada janjian dg reman ambil outer tenun lombok. Langkah yg akhirnya kebawa ke acara umkm BI yg ternyata zonk lalu ke expo buku, ambil outer tenun, plus..kelas nulis bbj yg B aja dan malah mroyek itu jadinya bikin gelo alias kecewa krn aku jd melewatkan satelit uwrf. Bhkn rencanaku nampir di evebt satelit meski terlanbat, batal gara2 ada teman yg bilang paling gak nyandhak n capek. Tapi iya juga sih, andai waktu itu aku juga..belok mungkin malah kehujanan. Ya bisanya skrg mengambil hikmah aja dr peristiwa2 dan takdir2 yg sdh dijalani. Or. Jadikan pelajaran, bhw besok2 lagi hrs lbh teliti lagi dlm memutuskan pilihan dr banyak option yg ada. Mana yg worth it. Yg lebih worth it. Yg paling keren. The most precious and prestigious. Internationally than regionally. Dalam masa-masa itu ada instink dan kepekaan bisnis yang harus main.


Keberanian temanku yg satu itu ut mwmbatalkan rencanabya ikut kelas bbj demi bs hadir di satelit uwrf kupikir adl keputusan yg tepat. Pdhl kalau secara geografis, kelas bbj lbh dkt. Tp pertimbangannya panjang, ada goal yg dia mau tuju. Pikirannya clear, visinya jauh. Duh seandainya sore itu aku tdk cerita ke orf lain ttg rencanaku mbrosoot spy bs ngejar event satunya tentu aku gak denger komennya yg meluriuhkan rencana dan antusiasme ku. Diem2 aja duduk di lpojok dan lari lanjut loncat ke yg lain. Sbgmama aku biasanya juga bisa gitu


Kdg menceritakan rencana kita pd krg lain justru bs jd penghalamg. However ssmua tak lepas dr ridlo dan kuasaNyam takdirNya. Oleh krn itu mmg narasi berdoa nya adalah aku pasrah padaMu ya Rabb. Bongkokan. Seluruh. Wholehearrly. Fully. Atau dlm narasi hadts qudai atau qurannya


Jk seseorg sdh Dia cintai, maka Dia jd penglihatanmya, geraknya, langkahmya, ucapannya. Artinya smua diatur olehNya dg sedemikian rupa. Dg sebaik2nya. Dia muliakan yg Dia mau,. Dia turunkan lagi yg Dia mau. Astagfirullah. Makanya tdk boleh sombong krm mudah bagiNya membalikkn

Ya Rabb ampuni aku. Astagfirullahal adziim. Jangan tinggalkan aku sendirian dg diriku sendiri beserta kepayahan, kebodohan, kepandiran, kenaifan, kesombongan yg menjatuhkan diri sendiri. Ampuni aku ya. Ampuni. Astagfirullah. Merasa sok pinter, sok oke, sok sibuk, diwelehke


Berdoa berdoa berdoa. Agar jangan sampai salah pilih. Agar dpt yg terbaik. Doa adalah senjata. Doa adalah kunci. Tapi juga tdk boleh merasa bhw semua terjadi krn doa kita. Semua atas karunia dan anugeeahNya saja. Bahkan kesanggupan kita berdoa juga pemberianNa

Kyk pas aku pengin cabut dr univ yg pola kerjanya gak prof itu dan allah tahu2 menakdirkanku ngajar dan fest di solo 2 minggu itu kan anugrah. Tapi kok aku mau2nya balik lagi ke univ? Kan goblo namanya ya. Jd sblm bener2 balik dan terjebak situasi gak enak,gmn ni



Pdhl alaamat salah yg tertulis di undangan workahop umkm, lawamg sewu kota lama itu sebenarnya sdh alamat bagiku. Lha wong aku sempat kepikiran belok kota lama dulu. Tapi tdk jd kulakukan, lgs ke lawang sewu. Lah andai aku belok kota lama kan ya malah nemu baliho satelit uwrf

Skrg baru terasa kalau bbrp kali kebetulan dan keberuntunganku berada di suatu tempat bagus, acara keren dan situasi yg oke semata mata ya mmg anugerahNya aja. Dia membelokkabku, mengarahkanku. Dalam keadaan dan perasaan bahwa mungkin ada saat saat aku tidak mendapat sesuatu kebetulan istimewa yang diatur olehNya karena aku terlalu merancang dan mengatur utk diriku sendiri inilah membuatku sedih. Ya Allah, jangan tinggalkan aku. Jangan acuhkan aku. Jangan tdk pedulikan aku. Aku padaMu. PadaMu
Astagfirullah astagfirullah astagfirullah

Namun aku selayaknya tetap bersyukur karena pas datang ke expo buku ity aku dapat buku yabg sangat kubutuhkan utk nyiapin materi Coaching. Hanya ada satu fi antara tumpukan buku yang sangat tinggi, di antara puluhan atau bahkan jutaan buku yang ada di gedung itu Murah lagi




Misdirection karena kita mis atau kurang alias less information atau punya asumsi salah sebab less data ini relevan banget dengan tugas sprnt master dalam men direct suatu proyek dan proses hacksprint untuk membangun start up. #sprintmaster




**

Mau Baca bagian lainnya juga dari Novel Sprint Master?
Baca Bagian 1

**


MAU BACA DRAFT NOVEL LAINNYA?
Teman-teman bisa ikut membaca Man Behind The Microphone dan 27 bagiannya di sini

Novel Sprint Master

 Novel Sprint Master
Image


Alhamdulillah sdh nyicil ngedraft bbrp paragraf sprintmaster.

Kita cicil draft #sprintmaster nya di twitter ya. Kalau sehari 2000 kata berarti hrs berapa cuitan?
1 cuitan 280 karakter. Anggap misal sama dg 30-40 kata. Berarti butuh 60 cuitan berarti Wow banyak. Dan inj sdh hari kedua. Berarti hutang 120 cuitan. Yuk mulai aja ya.

Ini aku bagikan kompilasi cuitan-cuitannya ya.


**


Ufh. Tiba tiba aku menghela nafas pendek saat dalam perjalanan pulang. Kupikir pilihanku hari ini tak akan meresahkanku. Tapi ternyata tidak. Jauh di lubuk hati, sesungguhnya aku menyesal. Sangat. Kenapa tadi diriku tidak bersikukuh untuk mempertahankan dan mengembangkan ideku sendiri. Yg bahkan satu ide saja artinya sdh kupilih yg paling memungkinkan dari 6 ide lain yg juga sempat kubuat draft landing page prototype nya saat uji validitas. Kenapa aku menyerah begitu saja dan memilih bergabung dg tim lain yg mmg sdh komplit minimal anggotanya Pdhl aku tdk begitu suka dg idenya, meski kuakui aplikasi itu dibutuhkan banyak oramg dan banyak pebisnis. Tapi bagiku kurang seru dan menarik. Selain aplikasi kasir alias pos aka point of sale ini sdh pernah ada, bukan hal baru, juga aku merasa kurang nilai disrupsinya. Pdhl kunci startup adlh how disrupt are you?

Tahu tahu setiran motorku melemah. Makin memelan jalannya, seperti rasaku yg makin luruh. Mungkin kyk gini ya rasanya kalau merasa terjebak (meski atas pilihan sendiri) dlm hbgn yg tdk passionate.. Seketika kuingat kisah raho n sambatan alias keluhannya tentang marriage life-nya.

**


Kakiku melangkah panjang panjang dan settengah berlari menaiki tangga menuju venue hacksprint pagi ini. Kebayang akan ketemu sprintmasterku yang gantengnya mirip kamu. Eaaaa. Some one like you lah. Dari perawakan tubuhnya, tebal tipis badannya, liat kulitnya, Rambut lurus runcing runcing dan poninya yang kadang suka dia kibaskan. Bibir tipis yang suka tersenyum aneh tapi menawan. Matanya yang dalam dan tatapannya yang tajam. Juga gestur tubuh yg entah gimana kurasa menguarkan aura dan karisma maskulin yg feminin. Mirip kamu. Bgt.

Sambil menunggu sesi mulai, kumanfaatkan waktu dg bikin draft coretan untuk materi coaching yang insya Allah digelar sebulan lagi. Terus terang aku excited sekaligus cemas. Ini akan jadi pengalamanku sebagai coachee di tema yang ini. Coaching kepenulisan,blog n coding sdh sering Tapi eksekusi konsep2 bukuku sendiri utk jd life coaching ini amanahnya berat banget. Ini berkenaan dg jiwa dan hidup org lain. Kalau caraku mendeliver tdk tepat atau bahkan salah, taruhannya adl khdpn org lain. Yg tadinya ingin dia perbaiki dan tata ulang, tp bs malah ancur



Dlm masa2 spt ini, merancang dan mendevelop program, aku merasa butuh mentor yg tepat. Jd ingat salah satu guru nulisku yg sabar dan baik banget ngasih aku byk pelajaran waktu itu. Bukan sekedar dlm menggali n mengembangkan ide, tp juga strategic plan bisnis, marketing dll

Guru nulisku pertama2 yg tadinya sangat aku kagumi. Tapi booom! Hal2 negatif yg dia perbuat, meski bukan aku korbannya, membuatku kehilangan respek dan memilih utk menghindarinya. Meski itu artinya aku kehilangan guru yg sangat hebat dan sesungguhnya byk berguna.



**

Mau Baca Bagian lainnya dari Novel Sprint Master?

Baca Bagian 2

**

MAU BACA DRAFT NOVEL LAINNYA?
Teman-teman bisa ikut membaca Man Behind The Microphone dan 27 bagiannya di sini

**

Ini dia beberapa rancangan calon cover novel atau novela Sprint Master. (tergantung panjangnya nanti)


Image




kamu suka cover yang mana?Image

Image

THE OLD CITY AND THE YOUNG MAN

THE OLD CITY AND THE YOUNG MAN

Oleh Dian Nafi

Memasuki kota tua ini, bayangan wajahnya semakin lekat dalam benak dan bahkan tampak nyata dalam pandangan mataku yang terpejam. Lesung pipitnya yang dalam, senyum yang khas dengan gigi gingsulnya, lengan kukuh dengan jemari lentiknya, bulu lembut di kulit coklatnya, kepasrahannya akan lekukanku yang luwes tiap pagi yang dingin dan senja yang meluruh. Lelaki muda itu, kukira aku yang mematahkan hatinya. Namun saat ini bisa kurasakan, akulah yang terbenam dalam ketidakadilan rekayasa ini. Aku yang terbujur kaku dalam kenangan yang tak mau sembunyi. Kental dan semakin mencengkeram kuat ketika diriku berada seinchi demi seinchi lagi memasuki kampung tempat tinggalnya, tempat aku pernah setahun menghisap kehangatan dan keluguannya.

**

“Apa artinya ini, mbak?”

Matanya yang sendu dan sayu mencari jawab dari rengkuhanku yang tiba-tiba begitu saja mengalun di bawah langit biru kota paling eksotik yang kukenal.

“Bukan apa-apa”

Tak mungkin menyembunyikan semburat malu di pipi karena bagaimanapun aku adalah perempuan. Meskipun usiaku lebih tua darinya empat tahun. Tapi bukan aku namanya jika tak mampu menutupi kebusukan  ‘gejolak muda berangkat dewasaku ‘.

Dia hanya mendesah. Mungkin menikmati. Mungkin merasa berdosa. Atau entah apalagi yang dipikirkannya, aku tak tahu. Dan karenanya segera kulepas rengkuhanku tapi ia malah menarik tanganku kembali.

“Mbak keberatan?” tanyanya takut-takut.

“Sudah siang. Aku masuk dulu ya. Kamu juga harus ke kampus kan? Jangan sampai terlambat. Terima kasih ya sudah mengantarku.”

Aku tetap menarik tanganku, bahkan turun dari boncengan motor gedenya dan mengusirnya secara halus. Garis wajahnya terbaca sekali, kecewa dan murung. Tapi ia bergegas melibasnya dengan senyuman manisnya.

“Aku yang terima kasih. Nanti sore mau dijemput jam berapa?”

Oh. Anak yang manis dan tawaran yang juga manis sekali.

“Tidak. Terima kasih. Aku pulang sendiri saja. Hati-hati di jalan ya”

Kulambaikan tanganku dan berharap ia segera pergi dan berlalu. Aku tak mau ia membaca isi kepalaku kalau aku hanya memanfaatkannya saja. Bagaimanapun ia anak yang sangat baik, lugu. Dan entahlah, membaca sikapnya, bisa kupastikan  mungkin aku wanita dewasa pertama dalam kehidupannya. Mungkin ia dulu hanya pernah mengalami cinta monyet saja karena aku pernah mendengar dari sepupuku yang tetangganya – aku tinggal bersama sepupuku ini- bahwa Radindra-nama cowok itu- pernah punya pacar yang tetangganya juga.

Radindra punya kriteria cowok yang aku sukai kecuali satu, ia terlalu muda. Dan jelas-jelas tidak masuk criteria bagi ibuku yang konservatif. Dan aku, tak pernah sekalipun menggugat ibuku dan aturan-aturannya karena aku gadis puritan. Di dalam diriku yang Nampak lincah, bebas, merdeka dan berpikiran moderat, sesungguhnya aku ada di garda depan pendukung pikiran –pikiran kuno perempuan ini. Yang kepadanya aku berhutang banyak, yang di telapak kakinya tersimpan surgaku.

**

Kuhirup udara kota tua yang tak pernah tidur ini. Dari setiap sudutnya, setiap jalan yang kulalui, setiap pohon dan kafe –kafe itu, semua kenanganku akannya tersembul menggoda. Padahal aku datang kembali bukan untuknya. Kami datang untuk acara buka bersama di rumah nenek yang kutinggali bersama sepupuku sewaktu aku bekerja di kota ini.

Aku beserta seluruh keluargaku menempuh jarak tujuh puluh kilometer untuk buka puasa bersama keluarga besar. Hal yang mulai ditradisikan agar ikatan kekeluargaan tetap terjalin meski kami tinggal berjauhan. Biasanya kami datang hanya pada acara-acara penting saja. Seperti setahun yang lalu, saat pemakaman nenekku.

Saat itu lelaki muda yang pernah kukelabui perasaannya- Radindra- juga hadir. Ia yang tinggal bersama ayah ibunya di rumah yang hanya selisih delapan rumah dari rumah nenekku bahkan ikut sibuk dalam upacara penghormatan sampai pemakaman. Aku bisa menangkap kerinduan di matanya ketika tak sengaja kami sesaat bersirobok pandang. Namun hanya luruh yang mungkin dirasakannya karena aku  duduk bersama seorang pria yang tak kalah tampan darinya. Gery, tunanganku.

Ia, lelaki muda yang lembut hatinya itu, merasa terkelabui sekali lagi.

Yang untung lagi-lagi aku. Karena  Gery memperlakukanku  begitu istimewa setelah ia tahu ada seorang muda ganteng yang begitu menggilaiku. Sepupuku-Lily- yang menceritakannya setelah tunanganku itu mempertanyakan keganjilan yang ia tangkap dari bahasa tubuh dan sorot mata seorang lelaki muda di tengah kedukaan hari itu.

**

Tapi siapa yang tahu jalan takdir. Gery  yang menyayangiku sepenuh hatinya malah pergi tanpa pamit. Ditinggalkan Gery begitu saja, tak ayal membuatku limbung. Aku gadis penakluk dan pematah hati. Jadi kepergian Gery sama sekali jauh dari dugaan dan perkiraanku. Kami hanya tinggal beberapa minggu menuju pelaminan. Tapi Tuhan merengkuhnya sebelum aku.

Tak harus memakan waktu lama untuk menyembuhkan luka ternyata. Berkunjung kembali ke kota tua ini tiba-tiba sebersit harapan timbul. Secercah cahaya menyinari relung kalbuku yang gelap beberapa waktu lalu. Aku masih punya Radindra. Radindra yang menggilaiku. Ia mungkin menungguku untuk kembali padanya.

**

Seusai berbuka bersama, langkah kakiku ringan menuju masjid di seberang rumah nenek. Sholat berjamaah maghrib dilanjut sampai Isya dan tarawih di masjid AlFurqon akan menyenangkan sekali kurasa. Karena semuanya lagi-lagi akan membawa kembali kenanganku bersamanya.

Ia yang rajin mengajar TPQ di masjid ini, menjadi muadzin yang paling rajin, dari kompor semangatnya para remaja rajin berjamaah dan meramaikan masjid dengan berbagai acara. Burdah  tiap malam jumah, latihan khitobah bergantian setiap jumat malam, majalah dinding, diskusi juga kajian rohani dan latihan rebana setiap minggu pagi setelah kerja bakti bersih-bersih lingkungan masjid.

**

Remaja masjid yang dipelopori Radindra mengadakan rihlah di suatu akhir pekan saat aku masih anyar tinggal di lokasi ini. Ia yang menjadi teman pertamaku di tempat baru mengajakku ikut serta dan aku tak kuasa menolak. Radindra telah dengan baik hati mengantarku ke kantor beberapa kali. Kadang dengan vespa tuanya, kadang dengan motor gedenya.

Di pantai Baron Yogya, aku tak bisa menahan keliaran-keliaranku. Berjalan berdua dengannya di tepi pantai yang indah dan langit biru yang cerah, mungkin itulah penyebabnya.

“Belum pernah ke sini, mbak? Indah kan?” tanyanya lugu.

“Belum. Memang indah sekali. Seandainya aku datang ke sini dengan seorang kekasih, betapa lebih indahnya” jawabku spontan.

Satu komentar kecil nakalku itulah yang kukira membangkitkan sesuatu yang tidur dalam dirinya. Aku bisa menangkap dari bahasa tubuhnya yang tak mau jauh-jauh dariku padahal teman-temannya yang sama-sama muda mengajak berlarian, bermain dan beraktifitas lainnya. Ia memilih duduk denganku yang paling tua dalam rombongan ini, di atas pasir putih dengan pemandangan pantai serta laut yang eksotik, membincangkan apa saja dari yang remeh temeh sampai hal-hal yang agak berat.

Bisa ditebak gunjingan teman-temannya sepulang rekreasi itu. Si jangkung idola sekampung berwajah manis serupa artis itu kepincut hatinya dengan seorang pendatang baru di kampung mereka yang usianya lebih tua dan dari lagak perempuan dewasa itu bisa menarik sekaligus beberapa pria. Itu karena ketika perjalanan rekreasi sampai di Malioboro, Radindra kehilangan jejakku dan aku berhasil ditemani Divo yang tinggi besar dan seorang pemain band. Berburu batik, souvenir dan bakpia pathok. Waktu singgah di pantai Kukup, adik lelaki Radindra- Yahya- yang menemaninya mencari kerang dan kerakal yang bagus-bagus untuk dibawa pulang.

Efek dari akhir pekan kontroversial itu langsung terwujud Senin ketika ia mengantarku ke kantor. Pagi itu ia seperti seorang penderita obsesif kompulsif, menghujaniku dengan banyak pertanyaan aneh, mempertanyakan kedirian dan kemauanku, ke mana arah anginku. Dan aku tak bisa menjawab kecuali dengan rengkuhan dari arah punggungnya. Mungkin hanya untuk menutup mulutnya yang tiba-tiba ceriwis dan menggangguku, mungkin juga karena tiupan dingin angin pagi yang menampar wajah dan tubuhku di boncengan motor gedenya yang melaju di bawah langit biru kota tua yang eksotis.

**

“Aku harus pulang”

Kusentakkan lembut tangannya yang mencoba menghalangiku pergi. Ibuku membutuhkanku di kampung halamanku sendiri sepeninggal ayahku yang terenggut bersama penyakit jantungnya.

Radindra menatapku perih. Aku resign dari kantor secara tiba-tiba dan melepasnya begitu saja dari rutinitasnya mengantar-jemputku tiap pagi dan sore karena kampusnya searah dengan kantorku. Ia akan kehilangan momen-momen bersama tanpa kejelasan hubungan yang pasti. Dan aku bahkan seperti menemukan jalan untuk melarikan diri.

**

“Mbak, aku sudah sampai depan rumah”

Suara dari seberang telpon yang kuangkat siang itu kukenali dengan mudah. Suara resah mendesah pemilik lelaki muda yang tak pernah lelah menjamah angkuhku yang jengah. Rumah siapa? Pikirku. Lalu kudengar suara ketukan di pintu rumahku.

Oh!

“Radindra!” teriakku kecil.

Ia yang basah kuyup oleh hujan berdiri dengan tegap di hadapanku. Setelah telpon dan sms-nya tak pernah kujawab. Aku baru akan mengucapkan kalimat pengusiran halus tetapi kalah cepat oleh suara ibuku.

“Radindra! Masuk, nak. Kok hujan-hujanan begitu? Sendirian?”

Ibu yang mengenalinya sebagai  tetangga nenek di kota tua, menyuruhnya masuk. Mengambilkannya handuk, membuatkannya teh hangat, menyuruhnya mandi dan berganti baju yang disiapkan ibu, menemaninya duduk dan bercakap. Bahkan memintanya menginap.

Apa –apaan ibu? Pikirku. Bukankah ibu menjodohkan aku dengan Gery? Meski aku belum sepenuhnya setuju dengan pilihan ibu karena aku yang terbiasa seperti elang terbang di lautan bebas belum siap untuk berdiam dalam satu sarang.

  Lalu kenapa ibu sedemikian baik dengan Radindra? Padahal ibu tahu persis cerita dari sepupuku Lily dan juga sedikit bocoran dariku bahwa Radindra sangat mungkin sekali menaruh hati denganku.

“Radindra tahu apa yang harus dipersiapkan untuk menuju pernikahan?” tanya ibu sampai pada suatu paragraph setelah berbanyak busa antaranya dan Radindra, lelaki muda yang sedang berjuang mencari dan mengambil hati orang tua di depannya.

“Saya akan lulus tahun depan dan segera mencari pekerjaan” jawabnya mantap. Aku hanya mengangkat bahu di samping ibuku yang tersenyum. Entah apa arti senyumnya. Karena pagi harinya, sesaat setelah lelaki muda itu berpamitan, ibu masih tetap dalam keputusannya untuk menjodohkan aku dengan Gery. Dan aku terpaksa menuruti ibu untuk memutuskan semua kontak dengan Radindra. Ganti nomer ponsel sesudah secara jelas dan tegas menyampaikan fakta  kepadanya bahwa aku sudah dijodohkan dengan orang lain sehingga tak ada peluang untuknya mendekatiku lagi.

**

Sudah lama berlalu tetapi tatapan penuh kerinduan miliknya masih kusimpan erat dalam ingatanku. Dengan Ulin-sepupuku yang lain- yang tinggal di kota tua ini aku berbincang menjelang berbuka bersama di sudut kamar tamu. Aku mencoba mencari tahu kabar Radindra. Hanya sedikit-sedikit saja sentilanku di antara percakapan hal lainnya karena kuatir dicurigai dan diledek. Itupun ternyata tertangkap Ulin dan ia akhirnya meledek juga.

“Aku kirimkan salam untuk dia ya mbak” godanya sambil cengengesan.

“Eh…jangan…jangan…” malu hati juga aku. Tapi aku tahu Ulin hanya bercanda. Ia cuma meledekku.

**

Seusai sholat maghrib, mataku berkeliling mencari sosoknya yang sangat kukenal. Biasanya dulu dia yang mengumandangkan adzan dan iqomah. Mungkin setelah berlalunya waktu ada banyak mereka yang lebih muda yang menggantikannya. Jarak antara jamaah pria dan wanita agak jauh. Meski demikian pandangan bebas karena terpisah oleh pintu kaca full dari ambang atas sampai bawah.

Aku berusaha tenang dalam dudukku yang gelisah. Tetapi mataku tetap bergerilya. Ada banyak wajah-wajah lama. Nenek –nenek tua yang selalu kami hormati dengan mencium punggung tangannya. Wajah-wajah baru bermunculan termasuk seorang gadis cantik yang duduk di dekatku. Aku dulu belum pernah melihatnya di lingkungan ini. Mungkin sama sepertiku dia sedang berlibur di rumah neneknya untuk suatu acara atau apa. Tampaknya ia sangat pendiam sehingga aku tak mengajaknya berbincang. Apalagi orang-orang tampak khusyu dan alasan lainnya adalah aku akhirnya melihat sosok yang kucari. Radindra. Masih setampan dulu, setegap dulu. Aku bisa mencium bau tubuhnya dari jarak yang jauh dan terhalang pintu pintu kaca itu. Terendus begitu saja. Hanya tampak samping belakang, tapi cukup mengobati kerinduanku. Astaganaga, apa kubilang? Nhah! Ternyata aku juga merindukannya.

Dia sekarang harapanku. Setelah pernikahan yang gagal dengan Gery, setelah limbungku, tak ada salahnya kembali pada Radindra. Peduli amat dengan peraturan ibu tentang suami yang harus lebih tua dari istri. Aku mungkin akan menentangnya kali ini. Kebahagiaan akan tercapai jika kita menikah dengan orang yang mencintai kita, begitu kata-kata bijak yang sering kita dengar.

**

Turun dari jamaah sholat tarawih, aku berjalan pelan. Dan benar seperti dugaanku, Radindra menemukanku.

“Mbak. Apa kabar?” tanyanya menghentikan langkahku. Kini kami berdiri  berhadapan di depan teras rumah nenek yang berseberangan dengan masjid.

“Alhamdulillah, baik. Kamu apa kabar?” aku menyembunyikan getar di balik suaraku yang menahan kerinduan.

“Alhamdulillah sehat. Kapan datang, mbak?”

“Tadi sore.”

Hening. Kami seperti tercekam, terseret kenangan saat-saat kami bersama.

“Masih sering nyinom ?” tanyaku memecah kebisuan. Dulu ia biasa memimpin remaja masjid dan juga remaja kampung untuk menjadi tim pramusaji di acara kondangan dan perhelatan pesta yang banyak digelar di kota tua ini. Sungguh anak muda yang berdedikasi tinggi. Pekerjaan yang sering dianggap rendahan itu dikerjakannya dengan rapi dan penuh senyum keramahan. Dikerjakannya penuh cinta, seolah nyinom melayani menghidangkan sajian bagi tamu-tamu ini seperti sebuah pekerjaan seni yang agung.

“Alhamdulillah, masih. Tapi seringnya hanya berada di balik layar dan meja, mbak. Teman-teman bisa dilepas sendiri, saya mengatur jadwal dan lobi-lobi saja” jawabnya santun, khas dirinya. Rendah hati.

Rupanya ia sudah naik pangkat jadi manajer dan mungkin kantornya sendiri dengan armada tim yang kompak karena telah ia pimpin dan kelola sejak ia masih mahasiswa. Ini berita bagus buatku.  Akan jadi poin tambahan jika aku mengajukannya nanti di hadapan ibu.

“Eh, Yahya juga kebetulan pas pulang. Ia kerja di Jakarta. Itu dia..” telunjuknya yang lentik menunjuk ke  seorang pemuda, tampak siluet  Yahya di lorong jalan kampung yang gelap pada beberapa sisi.

“Kupanggilkan ya….” Ia menawarkan sesuatu. Apa ia masih menyimpan cemburunya pada Yahya karena selama setahun waktu di sini dulu diam-diam aku juga sering berboncengan dengan Yahya. Double kencan buatku biasa. Tetapi mengencani dua kakak beradik ini memang pengalaman excited bagiku. Gila benar memang, adrenalin terpacu dan main petak umpet yang nyaris sempurna. Mungkin baru ketahuan setelah aku pergi meninggalkan kota tua ini waktu itu. Mungkin mereka berdua berbagi cerita dan ah, itu pasti menggelikan dan sekaligus tragis.

“Nggak usah ah. Aku senang bertemu kamu lagi” aku langsung menandaskan ini supaya ia tahu bahwa hatiku tetap lebih cenderung padanya disbanding adiknya.

“Aku juga” pendek kalimatnya cukup menghentikan waktu. Seakan dikungkung awan pekat hangat, aku terpaku. Kurasa pipiku memerah, untung tersembunyi di bawah langit gelap karena lampu jalan kampung hanya temaram. Mata dan tatapan kerinduannya menusukku. Harum tubuhnya dalam jarak dekat ini menerbangkanku ke langit ketujuh. Hari –hari indah bersamanya di masa mendatang menggoda jiwa. Radindra. Akhirnya waktu mempertemukan kita kembali.

“Yuli…sini. Ini mbak Fina” cowok itu memanggil seorang gadis yang tampak turun dari masjid, dengan isyarat tangan menyuruhnya mendekat.

Keningku berkerut, dadaku berdegup. Cewek yang mencium punggung tanganku ini ternyata gadis cantik yang duduk di dekatku waktu sholat tarawih tadi. Dari sikapnya kepadaku kini kentara sekali  kalau ia menaruh hormat dan simpati padaku. Entah apa yang diceritakan Radindra tentangku padanya. Dan yang lebih penting lagi, siapakah gadis ini? Sepupunya yang tinggal sementara di rumah keluarga Radindra kah?

“Saya pulang dulu…” gadis yang dipanggil dengan nama Yuli itu berpamitan, terutama kepada Radindra kurasa. Ada sedikit cemburu menyelip di dadaku. Gadis itu cantik, muda. Ia lebih cocok untuk Radindra dibanding aku.

“Yo wis, ya sudah sana….” Jawab Radindra dengan gerakan tangan mengusir gadis itu pergi. Bagus, pikirku. Setengah jam berbincang di pinggir jalan depan rumah nenekku kini bisa berlanjut berdua saja dengan Radindra.

“Siapa itu?” tetap saja keingintahuanku harus terjawab. Aku siap bersaing sehat.

“Siapa? Yuli? Istriku, mbak” jawabnya tanpa dosa, lugu seperti dulu.

Aku segera berpamitan. Meninggalkan Radindra tergugu di tepi jalan karena ia tampak masih ingin melanjutkan obrolan denganku tetapi aku memutuskan pergi sebelum menangis.

Bergegas aku masuk ke dalam rumah nenekku dengan tergesa-gesa. Menghambur ke dalam kamar tamu dan menemukan Ulin masih tiduran di sana.

“Kamu jahat ya Lin. Kenapa tidak bilang kalau ia sudah menikah?” ucapku lirih kuatir terdengar banyak orang.

“Siapa? Siapa yang menikah?” tanya Ulin pura-pura polos. Lalu tersenyum tengil.

“Mbak kan nggak tanya ia sudah menikah atau belum?”

Kutonyo kening sepupuku dengan pelan pura-pura marah sambil menahan tangis dan luka di dadaku. Kota tua ini dan lelaki muda itu, ah perihnya.

RESET JAKBAR

RESET JAKBAR


SEMINAR COACHING
RESET
MENATA KEMBALI KEHIDUPAN ANDA DALAM KARIR, HUBUNGAN, DLL




BERIKUT BEBERAPA VENUE UNTUK KELAS RESET YOUR LIFE

JAKBAR: HOTEL SANTIKA SLIPI - HOTEL SANTIKA HAYAM WURUK



TIKET RP 500.000,-

DISKON VOUCHER RP 50.000 APABILA SUDAH MEMILIKI BUKU HOW TO RESET YOUR LIFE


RP 400.000/PAX
GROUP RATE (MIN. 3 PESERTA)

*harga belum termasuk akomodasi, beda rate tergantung venue


FOR RESERVATION: bit.ly/daftarreset


AVAILABLE VENUE: 

JAKBAR: HOTEL SANTIKA SLIPI - HOTEL SANTIKA HAYAM WURUK

 
JAKTIM, DEPOK & BEKASI: GRAMEDIA LEARNING CENTRE KP. MELAYU - GRAMEDIA MATRAMAN - HOTEL SANTIKA TMII


JAKPUS: TJIKINI KAFE - GOWORK UOB PLAZA THAMRIN CO-SPACE


JAKSEL: HOTEL AMARIS PANCORAN - HEI-SPACE88 OFFICE KOTA KASABLANCA TOWER - COCOWORK SENOPATI - OMAHSENDOK SENOPATI - 98 EATERY KAFE - GALLERY KAFE BARITO - COZYFIELD CAFE GRAMEDIA PONDOK INDAH - ELTI GRAND WIJAYA

TANGERANG SELATAN: COZYFIELD GRAMEDIA WORLD EMERALD BINTARO -  COZYFIELD GRAMEDIA WORLD BSD CITY

BOGOR: ELTI JL. PAJAJARAN - HOTEL AMARIS PAJAJARAN - HOTEL AMARIS PAKUWON - HOTEL SANTIKA



##

TENTANG RESET COACHING


Ada yang salah nih dengan gue?
Ada yang nggak pas nih dengan diri dan hidupku?
Pernah nggak merasa seperti itu?
Atau mungkin mendengar keluhan itu dari orang di sekitarmu? 



Ada masa di mana kita merasa sangat berantakan dan membayangkan seandainya semua ini bisa di-undo, dibatalkan. Atau seandainya saja hidup kita bisa di-reset, diulang lagi. Sehingga yang berantakan itu jadi rapi, we scratch from zero. Kita mulai lagi dari nol. Mungkin nggak ya?

Kalau mungkin, gimana caranya?

Bagaimana cara menata ulang kehidupan kita yang amburadul menjadi lebih baik. Baik sebagai pribadi maupun bagian dari semesta yang lebih luas.

Pernahkah kita berpikir untuk menata ulang hidup ini? Jarang sekali orang-orang melakukan ini. Bukan tanpa alasan untuk melakukan hal ini. 

Terkadang kita membiarkan hidup kita tidak terprogram dan mengatas namakan mengikuti takdir tanpa ada target dan tujuan berarti. Atau fokus pada hal-hal tertentu yang dirasa lebih penting sehingga mengabaikan hal-hal lain yang sebenarnya membuat hidup lebih berantakan.
Misalnya keuangan, terkadang beberapa orang tidak memikirkan hari depannya. Terlalu fokus mencari tabungan masa depan, mengabaikan kebahagiaan dan kepentingan pribadi yang lainnya, sehingga menyebabkan depresi. Adapula yang pada masa mudanya terlalu santai, berpikir “masih ada hari esok” hingga tak berbuat apa-apa untuk dirinya, tentu sikap seperti ini akan merusak pribadinya bahkan lingkungan sekitarnya. Dan ketika ada keperluan mendesak dia pontang-panting kesana-kemari, hal ini juga bisa memicu depresi.

Atau ada yang biasa hidup glamour bahkan terkadang lebih besar pasak dari tiang alias lebih besar pengeluaran dari pendapatan, apakah bisa nyaman dan tenang dengan keadaan ini. Mulai saat ini mari berpikir untuk hidup ini, agar kelak tak menyesal.

Apakah kita perlu menata ulang hidup atau setidaknya membenahi diri?

Yuk! Selamat menjalankan hidup yang lebih berguna dan berarti.


FOR RESERVATION: bit.ly/daftarreset


Menu