Milyarder Dunia

Milyarder Dunia




Setidaknya satu kali dalam hidup, pernahkah Anda berfantasi menjadi orang yang bergelimang harta? Lantas, apa yang akan Anda lakukan dengan uang miliaran atau triliunan di tangan Anda?

Memang tidak sedikit jumlah orang kaya di planet ini. Namun percaya atau tidak, masih ada di antara orang-orang kaya dunia tersebut yang hidup relatif normal, dalam arti hidup seperti orang kebanyakan.

Rahasia "kotor" dari orang-orang kaya bersahaja ini adalah bahwa mereka tidak bertingkah laku seperti orang kaya. Mereka sibuk berhemat dan berinvestasi demi masa depan, daripada menghambur-hamburkan uang hanya untuk kepentingan sesaat.

Coba simak beberapa orang kaya bersahaja di dunia berikut ini, seperti dikutip dari halaman San Francisco Chronicle, Kamis 1 April 2010.

Warren Bufffett

1. Warren Buffett.
Buffett adalah seorang investor sukses, pebisnis, sekaligus filantropis, dan pemilik Berkshire Hathaway. Namun, rahasia sebenarnya dari kekayaan pribadi Buffett mungkin adalah kegemarannya untuk berhemat. Pemilik harta kekayaan senilai US$47 miliar ini menjauhi rumah dan benda-benda mewah. Bersama istrinya, pria 79 tahun ini masih tinggal di rumah sederhana mereka di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat yang mereka beli dengan harga US$31.500, lebih dari 50 tahun lalu. Meski Buffett sering menikmati hidangan di restoran terbaik di berbagai belahan dunia, bila disodori pilihan, Buffett akan lebih memilih burger dan kentang goreng beserta Coke cherry dingin. Saat ditanya mengapa dia tidak memiliki sebuah kapal pesir, Buffett menjawab: "Kebanyakan mainan cuma menimbulkan rasa nyeri di leher."

Carlos Slim Helu

2. Carlos Slim.
Nama Carlos Slim belum terlalu dikenal orang bila dibandingkan dengan nama-nama besar macam Bill Gates. Namun, pria warga Meksiko ini baru saja dikukuhkan sebagai orang paling kaya sejagat, mengalahkan pendiri Microsoft tersebut. Kekayaan Slim bernilai lebih dari US$53 miliar. Meski dia bisa membeli berbagai barang mewah duniawi, Slim hampir tidak pernah memanfaatkan kesempatan itu. Seperti Buffett, Slim tidak memiliki kapal pesiar atau pesawat, dan tetap menghuni rumah yang sama sejak 40 tahun lalu.
Note : Carlos Slim Helu takes No. 1 spot on Forbes World's Billionaires list as a record 164 10-figure titans return to the ranking amid the global economic recovery.

Ingvar Kamprad

3. Ingvar Kamprad.
Kamprad, pendiri ritel furnitur terkemuka asal Swedia, Ikea. Bagi Kamprad, mencari cara untuk menghemat uang bukan hanya persoalan konsumennya, tetapi juga menjadi nilai berharga bagi dirinya sendiri. Kamprad pernah berujar, "Orang-orang Ikea tidak mengendarai mobil mencolok atau tinggal di hotel-hotel mewah." Aturan tersebut berlaku juga bagi dirinya, pendiri perusahaan ritel Ikea. Dia sering menggunakan kereta untuk mengurus bisnisnya yang tersebar di mana-mana. Untuk urusan di dalam kota, Kampard cukup memanfaatkan bus kota atau mengendarai mobilnya yang telah berumur 15 tahun, sebuah Volvo 240 GL.

Chuck Feeney

4. Chuck Feeney.
Feeney tumbuh besar sebagai seorang keturunan Amerika-Irlandia saat terjadi Depresi Besar di Amerika Serikat. Faktor itu bisa jadi mempengaruhi gaya hidup hemat pria kelahiran 23 April 1931 ini. Dengan motto pribadi "Saya ditakdirkan untuk bekerja keras, bukan untuk menjadi orang kaya," salah seorang pendiri Duty Free Shoppers ini diam-diam menjadi seorang miliuner dunia.

Namun, hal lain yang juga dilakukan diam-diam adalah bahwa Feeney memberikan nyaris semua kekayaannya ke yayasan kemanusiaan, Atlantic Philanthropies. Selain memberikan lebih dari US$600 miliar ke almamater Cornell University, dia juga menyumbangkan miliaran dolar ke berbagai sekolah, rumah sakit, dan badan penelitian. Feeney bahkan mengalahkan Buffett dan Kamprad dalam "kategori donasi".

Pemakai rutin fasilitas transportasi umum ini juga selalu terbang menggunakan kelas ekonomi, membeli pakaian dari toko ritel, dan tidak menghamburkan uang hanya untuk membeli rak sepatu besar. "Kita hanya bisa mengenakan satu pasang sepatu dalam satu kali kesempatan," katanya. Dia juga membesarkan anak-anaknya dengan cara normal, yakni dengan meminta mereka bekerja paruh waktu saat musim panas seperti yang dilakukan anak-anak remaja di Amerika.

Frederick Meijer

5. Frederik Meijer.
Toko-toko kelontong Meijer banyak tersebar di Midwest, Amerika Serikat. Nilai kekayaan Meijer mencapai lebih dari US$5 miliar, dan hampir separuh dari kekayaan itu justru ditimbun saat pendapatan bersih bisnis Meijer anjlok pada 2009.

Seperti Buffett, Meijer membeli mobil dengan harga logis dan mengendarai mobil-mobil itu sampai tidak bisa digunakan lagi. Seperti Kamprad, Meijer memilih motel-motel biasa saat bepergian untuk urusan bisnis. Dan seperti Chuck Feeney, Meijer fokus pada sesuatu yang bisa diberikan pada masyarakat, dan bukan memboroskan uang untuk kepentingan pribadi.

sumber : VIVAnews.com

Daftar 20 Orang Terkaya Di Dunia Versi Majalah Forbes 2010

#1. Carlos Slim Helu. $53.5 billion. Telecom, Mexico.

#2 .Bill Gates.$53 billion.Microsoft, U.S.

#3. Warren Buffett. $47 billion. Investments, U.S.

#4. Mukesh Ambani. $29 billion. Petrochemicals, oil and gas. India.

#5. Lakshmi Mittal. $28.7 billion. Steel, India.

#6. Lawrence Ellison. $28 billion. Oracle, U.S.

#7. Bernard Arnault. $27.5 billion. Luxury goods, France.

#8. Eike Batista. $27 billion. Mining, oil. Brazil.

#9. Amancio Ortega. $25 billion. Fashion retail, Spain.

#10. Karl Albrecht. $23.5 billion. Supermarkets, Germany.

#11. Ingvar Kamprad & family. $23 billion. Ikea, Sweden.

#12. Christy Walton & family. $22.5 billion. Wal-Mart, U.S.

#13. Stefan Persson. $22.4 billion. H&M, Sweden.

#14. Li Ka-shing. $21 billion. Diversified, Hong Kong.

#15. Jim C. Walton. $20.7 billion. Wal-Mart, U.S.

#16. Alice Walton. $20.6 billion. Wal-Mart, U.S.

#17. Liliane Bettencourt. $20 billion. L'Oreal, France.

#18. S. Robson Walton. $19.8 billion. Wal-Mart, U.S.

#19. Prince Alwaleed bin Talal Alsaud. $19.4 billion. Diversified, Saudi Arabia.

#20. David Thomson and Family. $19 billion. Thomson Reuters, Canada.

sumber : FORBES

WARAS (cerpen)



WARAS
by Dian Nafi

Aku tidak mau mengakuinya tapi tampak jelas jika pusat duniaku sesaat , entah berapa lama, berpindah pada  seseorang yang agak gila ini. Dia mengaku sebagai seorang pekerja kreatif. Okelah, mari kita menyebutnya begitu.
 “Ummi jatuh cinta” empat tahun usianya tapi cukup cerdik untuk memahami apa yang terjadi dan cukup berani untuk menyampaikan kejujuran.
“Kata siapa?”seorang pekerja kreatif yang agak gila di depanku bertanya dengan kumisnya yang tersenyum penuh kemenangan. Dia menyentuh  rambut perempuan kecil itu dengan telapak tangannya yang putih.
“Rambut yang bagus” pujian untuk seorang balita yang berada di pihaknya, padahal dia anakku.
 Dia membuka telapak tangannya, mengajak anak perempuanku give him five, give him ten. Dua telapak tangan yang bagus dengan garis –garis tapak tangan yang jelas M nya. Lurus, rapi.
“Bagaimana bisa?” meloncat begitu saja pertanyaanku.
“Apanya?” pekerja kreatif agak gila itu balik bertanya.
“Garis tapak tangan kamu bagus. Kenapa bertemu aku? Garis tapak tanganku tak bagus, karenanya aku boleh melakukan kegilaan.” aku menyimpan pedihku karena dia mungkin tidak segila yang aku kira tapi aku mengasumsikannya demikian. Maaf. Bahkan dia lebih muda dari fotonya. Aku menyukai gayanya berpakaian. Muda banget untuk seumuran dia yang sepuluh tahun lebih tua dariku, padahal aku sendiri sudah 34.
“Aku sudah memikirkannya. Kita akan menulis trilogi untuk cerita kita yang kemarin” seperti biasa pekerja kreatif setengah gila itu mengalihkan pembicaraan.
Lalu kami tenggelam dalam genangan ide dan banjir lahar kata-kata dan sejenak melupakan fakta bahwa aku semakin jauh terlibat dengan suami orang.

“Apa ada yang salah dengan selingkuh tulisan?” tanyanya, tanyaku juga.
Selingkuh tetap saja selingkuh. Dan itu tidak sama dengan setia. Tak lagi mempunyai pemahaman atas selingkuh dan setia  membuat kami menikmati sesuatu entah apa. Dan ada rasa bersalah selalu singgah sesudahnya. Tidakkah cukup membuktikan bahwa keterlibatan dan ketenggalaman ini adalah suatu kesalahan yang biasa disebut sebagai dosa.

“Tolong kembali memutar dan drop in lagi ya” tergesa aku menelpon pekerja kreatif setengah gila itu. Dan kukira dia menyambutnya dengan gembira, tentu saja dia senang dengan caraku menahannya pergi. Seperti aku juga seringkali senang dengan caranya selalu kembali dan membuatku tak bisa berpaling.
“Ada yang belum usai?” senyum dengan kumisnya yang menantang benar-benar hampir meruntuhkan duniaku. Dia turun dari mobil yang mengantarnya berputar kembali untuk menemuiku untuk yang kedua kalinya di pertemuan pertama kami, di hari yang satu-satunya ini.
Kami kembali berjalan beriringan, kali ini hanya berdua. Karena aku sudah membawa pulang ke rumah anak perempuan kecilku yang tadi menemani kami berdua. Putri cantikku yang selalu merindukan ayahnya di surga dan selalu senang jika ada pria dewasa di dekatnya, dia sudah banyak membantu tadi. Memecah kekakuan antara kami yang sebelumnya hanya bertemu di maya. Saatnya berdua saja, seperti yang selalu kami tuliskan bersama dalam karya-karya kami.
Dia terus bicara tentang film, tulisan,  konser, tour, buku dan apa saja. Dan aku, perempuan kesepian yang rapuh, sudah cukup nyaman hanya dengan berjalan bersisian dengannya. Kesatuan jiwa seindahnya dipadu dalam ikatan yang sah. Namun  meski dia seseorang yang sangat nyaman untuk dijadikan belahan jiwa , figur yang bisa dijadikan ayah bagi anak-anak siapa saja, tetapi mungkin bukan calon yang ideal menurut  nilai-nilai dalam keluarga besarku.. Kami berbeda di banyak hal, tetapi sebenarnya mirip di banyak hal lainnya. Tapi ada yang bilang jika dua orang berbeda gender saling tertarik dan kemudian  bertemu di masjid kuno dengan tiang dari Majapahit ini, akan menikah pada suatu saatnya nanti. Kalian pernah dengar mitos ini?
“Kenapa?”  dia bertanya heran melihatku mengambil langkah mundur lalu mengambil tempat disebelah kirinya berjalan setelah sebelumnya berada di sebelah kanannya.
“Ooooo…” ada seorang gila beneran dengan pakaian setengah telanjang berjalan dari arah berlawanan.
“Hehehe..orang gila takut orang gila” aku yang mengaku gila juga menyembunyikan malu di wajahku yang memerah ketika sesaat tadi berada di belakang punggung pekerja kreatif setengah gila yang aku gilai. Nyamannya punggung yang bukan milikku, jadi lupakan untuk bersandar di sana apalagi memeluk pinggangnya.

Oh No!” sekali lagi aku terkejut. Kali ini hendak melarikan diri Karena kami berpapasan dengan serombongan orang yang hendak pergi ke makam untuk kirim doa bagi sesepuh yang dihauli hari ini. Tapi aku mengurungkan niatku. Pekerja kreatif setengah gila ini telah meluangkan waktu dan energinya untuk terbang 45 menit dari kota yang sangat jauh, melalui rangkaian kerja dua hari dua malam  yang melelahkan, balik lagi dari kota sebelah selatan kotaku setelah menempuh dua jam pulang-pergi kembali ke utara untuk bertemu aku, dan aku tidak cukup memberinya penghargaan? Tuan rumah macam apa aku ini? Kekasih macam apa aku ini yang meninggalkan kekasihnya begitu saja karena rasa segan yang terinternalisasi dalam diriku - bagian dari segerombolan manusia yang disebut sebagai keluarga, yang menjunjung tinggi sesuatu yang disebut dengan kehormatan?
Sejurus kemudian tak terhindarkan lagi pertemuan telapak tangan bergaris tapak bagus itu  dengan telapak tangan-tangan  saudara ayahku, anak anak saudara ayahku, saudaraku seayah ibu. Yang kusebut terakhir termasuk yang istimewa. .
“Ini si penulis resep yang juga masih harus berjuang terus demi kesehatan putranya” aku mengenalkannya ketika mereka berjabat tangan.
Pekerja kreatif setengah gila itu akhirnya bertemu dengan orang-orang  yang selama ini juga menjadi bagian dari cerita-ceritaku yang mengalir bersama rasa dan rahasiaku. Terutama mengenai si istimewa itu, karena pekerja kreatif setengah gila itu menaruh perhatian terhadap adik-adik dan juga anak-anakku. Tak perlu meragukannya, dia – si pekerja kreatif setengah gila itu – mungkin diciptakan Tuhan ketika Dia sedang jatuh cinta. Sehingga ia sebenarnya mungkin bukan manusia, tetapi hati. Hati yang punya telapak tangan dengan garis tapak tangan yang bagus.

Tuhan memang baik.
“Keren” kata dia suatu saat ketika kami sedang berdiskusi dan aku mengutip satu ayat yang bahkan secara eksplisit menuliskan ajakan Tuhan agar siapa saja  kembali kepadaNya dan  memasuki rumahNya. penuh dengan rasa kepuasan dan juga kepuasan Tuhan atas seseorang itu. Rodhiyatan Mardhiyah.
“Ya iyalah, keren. Gusti Allah gitu lhoh” aku senang karena tanpa sengaja membawanya dan juga diriku sendiri, pada satu lagi kesadaran bahwa Dia begitu keren dan hebat.
Sehebat skenario-Nya pada hari dimana aku bertemu darat untuk pertama kalinya dengan  guru yang sahabat sekaligus  sephia-ku  bernama pekerja kreatif setengah gila itu. Ternyata aku tak harus tenggelam dalam kegilaan yang lebih jauh seperti bersamanya menikmati perselingkuhan dengan lunch atau dinner yang romantis di sebuah resto, mengobrol panjang tak jelas di suatu lobby hotel tempatnya menginap, di gelap gedung yang memutar film romantis, di rinai hujan di lorong lorong kota lama, di bangku stasiun kereta. Tuhan menyelamatkan aku, karena di hari satu-satunya itu aku harus ada di sekitar rumah saja karena ada acara haul (peringatan hari kematian) sesepuhku.
Sungguh terselamatkan, jauh dari bayangan ketakutanku yang tak beralasan.
 “Aku akan datang ke kota sebelah utara dekat kotamu purnama depan” dibalik telpon terdengar suara baritonnya yang hangat dan selalu membuatku merindu untuk ditelponnya lagi.
“Mungkin malam sebelum aku melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya, aku akan menginap di kota sebelah selatan  kotamu” suaranya semakin berat  dan entah kenapa aku hampir lunglai mendengar kalimatnya barusan.
Seperti kelinci hendak diterkam serigala, aku menggigil dan menggelepar-gelepar.
Lalu bayangan akan dua tangan saling menggenggam, berjalan bergandengan di kota lama, mungkin menonton sebuah film yang selalu dia hembus-hembuskan belakangan ini dan berakhir di bangku stasiun menunggu kereta yang akan membawanya jauh ke kota timur kotaku. Dengan kepalaku bersandar di pundaknya, duduk bersisian di bangku yang gambarnya selalu ada di note-ku dan note-nya..
Membayangkannya saja jantungku berdegup tak karuan dan kurasakan aliran hangat menjalar di sekujur pembuluh darah dan semua bagian tubuhku. Aku sejenak pingsan dalam ketakberdayaanku melawan tirani bersembunyi di balik topeng bernama cinta.  Yang tidak bisa aku fahami dan menimbulkan kecemasan lebih lanjut - karena ini mungkin sekali tanda-tanda aku stress - adalah aku terlambat datang bulan selama hampir dua minggu. Oops..belum pernah terjadi sebelumnya kecuali aku hamil. Dan karena tidak terjadi pembuahan karena bertemu saja bahkan belum pernah, jadi ini lebih berbahaya daripada hamil. Aku alami gejala depresi dan ketakutan akan entah apa. 
Duduk bersamanya di tempat suci ini dengan wajah bersihnya dan telapak tangan yang bergaris tapak tangan bagus menghentikan sejenak desir waktu.
 “Malu ah” katanya ketika aku menawarkan supaya dia duduk minum dan makan di rumahku saja. Daripada dia haus dan lapar, karena kami hanya duduk di serambi masjid tanpa hidangan kecuali perbincangan yang hangat tapi ngalor ngidul.
“Iya juga. Ada banyak sekali orang dan keluarga besar datang berkumpul di rumah. Ya sudahlah disini saja” aku menurut saja.
Cuaca cerah, Senin kan ya? Tapi kulihat banyak sekali wisatawan religi di kompleks masjid ini padahal ini bukan hari libur. Kami  tersembunyi di keramaian, bahkan mungkin ada yang mengira kami juga wisatawan dan bukan dua orang gila yang melalui perjalanan dan kisah gila sebelum mendarat bersama di serambi masjid kuno ini.
Kukira pertemuan darat kami menghentikan kegilaan kami di maya. Tapi ternyata tidak. Segalanya masih sama seperti sebelum pertemuan. Kegilaan yang sama.
Aku kadang berada di ruang cemburu dan ragu tiap kali mengingat bahwa ia bukan milikku. Tapi juga di labirin ceria dan hangat mengingat ia tetap setia menelponku dua tiga kali sehari.. Seringkali muncul pertanyaan dalam benakku  sendiri, tapi  tak pernah kutanyakan  padanya, ke mana istrinya. Kenapa bukan istrinya yang menerima kelimpahan perhatian dan kasih sayang ini. Siapa yang tidak normal di antara mereka berdua, istrinya atau pekerja kreatif setengah gila itu. Jangan tanya diriku, kalau aku jelas tidak normal karena mau-maunya terlibat dengan suami orang. Bukan pula untuk bersama dalam pernikahan kedua,hanya untuk bersama menumpahkan kegelisahan dan mengawinkan ide serta tulisan –tulisan kami. Kami menyebutnya sebagai persahabatan.
“Aku mulai capek dengan permainan dan perjalanan yang tak berujung ini” aku menyampaikan keluhan.
“Kamu mau pergi?” pekerja kreatif setengah gila itu bertanya dengan kalimat tertahan seperti menahan pertahananku yang hampir tak bertahan lagi.
Lagu cintaku, cintamu, cinta kita, Nicky Ukur terus menerus diputar melatari percakapan ini. Dari sejumlah novel dan film sering disitir, yang paling disesali bukanlah perpisahan, tapi pertemuan. Kenapa bertemu? Kenapa?
Tak ada jawaban kecuali jerawat yang datang setelah bertahun lamanya tak menyinggahi pipi si perempuan rapuh kesepian. Mungkinkah itu karena ia menyentuh telapak tangan yang garis tapak tangannya bagus ?

Profil Dian Nafi




Profil Dian Nafi
dimuat di media nasional Koran Sindo. nasional.sindonews.com/read/915506/18/identitas-spiritualisme




Dian Nafi termasuk salah satu perempuan penulis paling produktif di Indonesia. Sejak 2008 hingga kini, dia telah merilis 18 novel dan terlibat dalam 84 buku antologi. Melalui berbagai tulisannya yang kuat dari segi spiritual, insinyur teknik arsitektur dari Universitas Diponegoro ini tak hanya berbagi kisah, tapi juga inspirasi dan motivasi.

Dian Nafi mencitrakan dirinya sebagai pecinta purnama dan penikmat hujan. Bagi dia, purnama sering membuat dirinya teraktivasi sehingga menjadi "high" sementara hujan membawa nuansa romantis dan unspoken moment. Dan menulis bagi Dian adalah cara terbaik menuangkan perasaan-perasaan tersebut sepuasnya. Berikut wawancara dengan pemenang lomba menulis kisah inspiratif Indiva ini.

Latar belakang Anda adalah arsitektur. Sedangkan saat ini Anda lebih aktif sebagai penulis. Apakah Anda vakum dari aktivitas sebagai arsitek?

Saya masih menerima pesanan mendesain rumah tinggal dan bangunan lainnya walaupun tidak sebanyak dulu saat masih fokus bekerja di perusahaan konsultan arsitektur. Ada banyak ilmu arsitektur yang saya dapatkan yang bisa diaplikasikan dalam penulisan. Misalnya, perancangan, perencanaan, teknik presentasi, analisis, logika, dan keseimbangan. Itu semua berguna untuk menulis.

Sulit mana, merancang bangunan atau "merancang" cerita?

Sejak dulu sebenarnya saya aktif menulis tapi saya simpan sendiri. Perkenalan dengan tulis menulis bermula saat ayah menghadiahkan sebuah buku harian saat ulang tahun Ke-8 saya. Beliau yang mendorong saya untuk menulis. Semasa sekolah dan kuliah, saya aktif di redaksi majalah dinding dan  buletin kampus. Bagi saya, menulis itu mudah-mudah sulit, sulit-sulit mudah. Mudah karena idenya bisa ditemukan dan didapatkan dari mana dan kapan saja. Sulit karena menulis itu bukan saja seni bagaimana kita merasa, tapi juga lebih kepada proses berpikir. Writing is thinking.

Saya mendapat inspirasi menulis dari banyak hal, mulai dari peristiwa di sekitar saya, kisah orang-orang dekat sampai curhatan teman, sahabat, kenalan dan dari buku-buku non-fiksi seperti biografi dan kisah-kisah inspiratif. Hal sulit lainnya adalah bagaimana mengeksekusi ide menjadi tulisan yang bernas, mengalir, menyentuh, danmencerahkan. How to convey the message, the idea? Bagaimana menyampaikan pesan dengan cara yang tepat, baik dari gaya bahasa, pilihan kata, maupun emosinya dengan cara tidak menggurui. Itulah yang menjadi pekerjaan rumah terus-menerus sepanjang waktu.

Bagaimana tulisan-tulisan Anda kemudian dibukukan dan menjadi komersial?

Saya menggemari menulis sejak lama namun tidak pernah menyangka bahwa pada akhirnya akan berkecimpung lebih dalam dan lebih jauh di dunia tulis menulis. Pada 2008 saya harus menjalani masa iddah, tinggal dalam rumah selama empat bulan sepuluh hari karena suami saya meninggal dunia.

Dalam masa senggang sekaligus duka itu mulailah saya bersinggungan dengan Facebook dan banyak menulis curahan hati. Di saat berkabung seperti itu, menulis seperti terapi bagi saya. Beberapa teman di dunia maya akhirnya mendorong saya untuk mengikuti lomba menulis. Sekali menang, kedua kali menang lagi, ketiga kali menang lagi, dan akhirnya kecanduan hingga sekarang. Pada 2009, saya baru menulis untuk publik dan pada 2010 saya merilis novel debut berjudul Mayasmara. Dulu, menulis hobi saya namun untuk sekarang sepertinya menulis jadi karier he he he......

Bagaimana proses kreatif Anda dalam menulis cerita?

Setelah mendapatkan konsep dan premis, saya selalu membuat outline terlebih dahulu. Dari kerangka tersebut, saya menjadi tahu bahan-bahan apa saja yang harus saya riset jika belum punya bahannya dan mana yang bisa dikerjakan terlebih dahulu terutama jika saya sudah menguasai bagian itu. Jadi saya bisa memulai dari mana saja. Saya juga aktif menulis puisi, cerita pendek, cerita panjang, dan beberapa kisah inspiratif. Berbagai karya saya dibukukan bersama tulisan penulis lain. Sudah ada 84 buku antologi.

Pernah stucksaat menulis?

Jika terjadi kemacetan dalam menulis, saya sering brainstormingdengan guru-guru saya. Saat brainstorming, mereka dengan senang hati melempar pertanyaan-pertanyaan bernas dan bermutu yang kadang-kadang memancing jawaban dari bawah sadar saya. Atau jika saya memang belum punya jawabannya, dari sanalah saya bergerak untuk melakukan riset lanjutan.

Hal apa yang membuat Anda ingin terus menulis?

Ada banyak sekali ide cerita yang ingin saya tuliskan. Benih cerita-cerita dalam kepala itu mendorong saya untuk terus menulis. Alhamdulillah tidak habis-habis. Sebagian ide yang belum sempat saya kembangkan saya tuliskan dalam buku khusus ide dan plot. Ada juga yang berserakan di notes-notes kecil yang saya bawa dalam perjalanan kereta atau bus. Sebagian lagi bahkan saya tulis dalam bentuk singkatan-singkatan karena media yang sempit, post-it.

Apa asiknya atau puasnya menulis bagi Anda?

Rasanya plong, seakan-akan ganjalan cerita yang mendesak-desak minta dikeluarkan dari dalam kepala dan hati akhirnya mengalir. Rasanya seperti sukses membayar utang janji pada diri sendiri. Selama proses penulisan, saya menjadi memahami diri sendiri dan orang lain dengan cara lebih baik lagi. Rahasia-rahasia serta hakikat kejadian dan peristiwa seperti dibukakan oleh-Nya pada mata hati saya yang sebelumnya tertutup ego, persepsi sendiri, atau persepsi orang lain.

Bagaimana sensasinya membuat theatre of mindyang masuk logika fiksi?

Saya suka was-was juga, takutnya malah terkesan mengada-ada, klise, atau malah dianggap tidak logis. Jadi terkadang, saya membuat beberapa alternatif adegan atau kejadian untuk dipilih yang terbaik. Tak jarang juga saya brainstormingdengan teman atau mentor mengenai kemungkinan- kemungkinan adegan sebab akibat. Dalam perjalanan editing, seringkali datang tambahan ide untuk improvisasi agar lebih logis dan tidak terjadi plot-hole atau semacamnya. Kadang-kadang, kita perlu membebaskan diri untuk tidak terlalu “kaku” pada plot yang telah disiapkan. Dengan begitu, seiring proses akan ditemukan kejutan yang tidak terduga.

Menurut Anda, di mana kekuatan tulisan Anda?

Latarbelakang keluarga saya yang berasal dari keluarga santri. Saya sendiri juga aktivis kerohanian Islam dan kehidupan haroki semasa kuliah. Hal ini membuat saya memiliki sudut pandang religius tapi berusaha tidak hanya ada hitam dan putih. Saya suka sekali memasukkan kontemplasi dan perenungan dalam tulisan dan cerita saya. Teman-teman pembaca menyukai dan menganggap spiritualisme yang hampir selalu mewarnai tulisan saya ini sebagai identitas dan ciri khas.

Apa garis merah di setiap tulisan Anda?

Saya punya bagan besar yang menjadi cikal bakal banyak tulisan dan cerita saya. Terinspirasi dari novel Para Priyayi karya Umar Kayam, namun saya membuatnya lebih ke versi kehidupan dan dunia pesantren yang memang juga sama kuat akarnya serta mempunyai pengaruh signifikan pada personal-personal di dalamnya. Berbagai karakter itulah yang kemudian menggerakkan cerita-cerita ini.

Apakah Anda mempunyai obsesi dalam menulis?

Saya masih punya pekerjaan rumah dari salah seorang penulis kelahiran Indonesia yang tinggal di Amerika. Dia sudah lama sekali ingin menerbitkan tulisan saya, tapi saya masih belum bisa setorkankepadanyasampaisaat ini. Terbayang, saya menuliskan novel berlatar Demak berbau sejarah seperti Gadis Kretek, punya nilai filosofis yang tinggi tapi juga sekaligus up to date untuk masa sekarang. Kisah yang bisa mencerahkan dan menggerakkan banyak orang menuju hal-hal yang lebih baik sekaligus membawa nama Demak ke dunia internasional lebih jauh lagi.

Jika memungkinkan, tulisan ini akan dibuatdalamgenre eksistensialisme karena Ahmad Tohari pernah berpesan pada saya demikian. Beliau berpesan agar saya terus menulis seperti novel debut saya, Mayasmara (2010), yang beliau sebut sebagai novel eksistensialis.

Peluang apa saja yang Anda dapatkan dari menulis?

Dari menulis, saya sering diundang untuk mengisi sharing kepenulisan di sekolah, kampus, dan pesantren. Selain itu, saya juga menerbitkan bukubuku penulis lain melalui Hasfa Publishing, penerbitan sendiri, dan menjualnya melalui distributor ke toko buku. Peluang sampingan lainnya adalah menjual buku-buku secara online baik buku sendiri atau buku terbitan Hasfa. Saya sempat berjualan kaos yang berkaitan dengan literasi dan buku yang kami terbitkan untuk membantu korban bencana alam. Ke depannya, mungkin berjualan suvenir dan pernak pernik berkaitan dengan berbagai karakter dalam cerita-cerita yang saya tulis.

Cara Pengiriman Naskah

Cara Pengiriman Naskah


DeMagz menerima naskah dari kontributor.

Silakan kirim naskah ke alamat email: demagzcie@gmail.com
dengan subject email: DeMagz_Nama_Jenis Naskah/Artikel

Ada 1 buku untuk tiap kontributor  yang naskahnya dimuat.

Berikut jenis artikel/tulisan yang ada di DeMagz:
1. Surat Pembaca
2. Editorial Utama/ Aktual (1-3 halaman A4)
3. Profil /Tokoh (1-3 halaman  A4)
4. Cerpen (3-6 halaman A4)
5. Bisnis (1-3 halaman A4)
6. Event (1-2 halaman A4)
7. Puisi
8. Enterpreneurship (1-3 halaman A4)
9. Sekitar Kita  (1-2 halaman A4)
10. Cerbung (20-30 halaman A4)
11. Travelling (1-3 halaman A4)
12. Kuliner (1-3 halaman A4)
13. Ilustrasi/ Sketch/ Fotografi
14. Hikmah (1-3 halaman)

Selamat menulis!

jurus berburu beasiswa

jurus berburu beasiswa dari Ahmad Fuadi (penulis Negeri 5 Menara) yang diambil dari kultwit-nya di Twitter.
100 Jurus Berburu Beasiswa 1
100 Jurus Berburu Beasiswa 2
100 Jurus Berburu Beasiswa 3
100 Jurus Berburu Beasiswa 4100 Jurus Berburu Beasiswa 6

100 Jurus Berburu Beasiswa 7100 Jurus Berburu Beasiswa 8100 Jurus Berburu Beasiswa 9


100 Jurus Berburu Beasiswa 10

Bersambung……..

101 Bisnis Online Paling Laris

Cara-cara mudah memulai dan menjalankan bisnis online dari rumah

Bisnis online adalah bisnis yang fleksibel. Risikonya relatif kecil, waktunya mudah diatur karena dapat dikontrol dari rumah, dan transaksi keuangan bisa dilakukan melalui internet banking. Selain itu, modal yang diperlukan relatif kecil, tapi jangkauannya hingga seluruh Nusantara, bahkan ke luar negeri. Banyak yang menjadikan bisnis ini sebagai usaha tambahan, bahkan ada yang menjadikannya bisnis utama.

Banyaknya pilihan bisnis online ini sering membuat para pemula bingung menentukan jenis bisnis yang akan ditekuni. Lalu, bagaimana memulai dan memasarkannya, serta berapa keuntungan yang akan diperoleh?

Buku ini mengupas 101 pilihan bisnis online yang paling laris dan disukai, mulai dari bisnis jasa, kerajinan tangan, kuliner, fashion, hingga “toko” online. Pembahasannya yang mudah dan sederhana bisa membuat semua keraguan pupus, dan Anda pun siap berbisnis. Setiap bisnis juga disertai dengan uraian dan analisis keuangan yang detail. Pilihlah bisnis yang sesuai dengan diri Anda, dan raihlah sukses bersama bisnis online!

cara cari muka


Cara Cari Muka # 1  : branding your program/activity as a critical part for company’s success. Desain dan kembangkan program yang kredibel dan inovatif (ini saja sudah memerlukan kompetensi). Namun yang tak kalah penting : branding program itu secara komunikatif (kalau perlu diresmikan dalam company event biar lebih ngejreng). Pastikan dalam keseluruhan proses itu, peran Anda “menonjol dan kelihatan” (dan memang ditopang oleh kecakapan).
Siasat diatas akan secara dramatis melambungkan nama Anda sebagai “rising star” – apalagi jika memang program/inisiatif itu bisa dijalankan dengan sukses.
Cara Cari Muka # 2 : bergiatlah secara aktif dalam company-wide initiatives (yang bersifat lintas departemen); misal seperti projek penerapan six sigma initiative, projek penerapan 5S atau balanced scorecard; atau projek pengembangan market baru.
Dan pastikan dalam inisiatif yang lintas bagian itu, Anda punya peran yang menonjol (entah sebagai team leader, atau sekedar aktif mengajukan solusi ide dalam meeting-meeting projek). Peran aktif Anda dalam inisiative seperti ini merupakan sarana ampuh to market yourself (ingat, personal branding).
Dibanyak perusahaan, orang yang aktif dalam company wide initiatives semacam diatas, cenderung lebih cepat dipromosikan. Ndak percaya? Coba saja sendiri.
Cara Cari Muka # 3  atau yang terakhir : bangunlah network internal dan posisikan Anda/departemen Anda sebagai good partner yang helpful. Selama ini di banyak organisasi, acap terjadi konflik antar departemen lantaran ego sektoral dan perbedaan kepentingan/prioritas. Koordinasi jadi macet.
Jangan ulangi kesalahan semacam itu. Posisikan tim Anda sebagai partner yang selalu gigih mencari win-win solution. Teruslah bergerak tanpa lelah ke setiap bagian/departemen, bangun komunikasi yang konstruktif, dan tawarkan aksi konkrit untuk memajukan kinerja bersama.
Cara yang ketiga ini niscaya akan membuat nama Anda menjadi “harum mewangi” dalam setiap sudut bangunan kantor Anda bekerja. Because, yes, you are a really good partner who drives performance.
Demikianlah tiga cara elegan untuk mempraktekkan impression management. Apply these impression skills; and your career will be moving forward. Ignore them, and your career will be dead in the middle of nowhere.

EVEN FOTO KOMEN


Ikuti event foto komen 
novel lelaki :kutunggu lelakumu
atau novel segitiga :setiap sudutnya punya cerita
atau buku petitah.

Caranya : upload posemu beserta buku, atau foto bukunya,sertakan komenmu. Tag teman teman dan hasfa publisher.

Bagi yang upload di blog, beritahukan linknya ke inbox fb atau email hasfapublishing@yahoo.com.

Bagi yang upload di twitter, mention @hasfapublishing.
Deadline sesi ke 2 foto komen :10 oktober 2012

Hadiah total senilai 1,5jt untuk 5 orang terpilih (@Paket buku senilai 300rb)

Dapatkan buku -buku  tsb di toko buku Gramedia.

Berjalan Menembus Batas di KICK ANDY




Andy F Noya memegang buku Berjalan Menembus Batas dalam episode MAN JADDA WAJADA, KICK ANDY SHOW MetroTV.

Buku ini dibagikan untuk audience di studio. Juga dibagikan untuk yang mengikuti kuis buku gratis yang diadakan Kick Andy di webnya.


**

Tentang Buku Berjalan Menembus Batas yang ditulis Dian Nafi bersama Ahmad Fuady dkk

Keterbatasan, baik fisik, materi, maupun lingkungan terkadang menjadi dalih untuk tidak dapat meraih impian. Padahal, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil! Kesungguhan menumbuhkan harapan, sikap positif, dan memperbesar peluang berhasil bagi yang melakukannya.

Cerita-cerita inspiratif dalam buku ini membuktikan kebenaran pepatah Arab tersebut. Kekurangan menjadi suatu kekuatan, dan keterbatasan bukanlah halangan dalam meraih keberhasilan. Ditulis langsung dari pengalaman nyata para tokoh, buku ini menularkan ruh penuh semangat untuk bangkit menembus batas.

Ayo, tularkan semangat berusaha dan berjuang semaksimal mungkin. Bahkan langit kini tak lagi menjadi batas.

info buku baru : PETITAH : Perjalanan Menuju Awal

PETITAH 
Perjalanan Menuju Awal
ramadhanan 
Penulis: a[rt]gus faizal
Penerbit: Hasfa Publisher
HADIR DI TB GRAMEDIA 

bisa dibeli online. Rp 15rb, bebas ongkir. 
silakan inbox @Hasfa Publisher/ Hasfa Publisher Dua utk pemesanan atau sms 081914032201

Ramadlan memang harus berakhir dengan Lebaran.
Namun ramadhanan tidak boleh selesai di batas lebaran. Justru dengan datangnya Lebaran perjalanannya baru saja dimulai dan itu tidak pernah tahu sampai dimana akhirnya. Lebaran 1432H memang sudah berakhir, dan berakhir dengan ketentuan penetapan waktu yang bercabang. Padahal mungkin Tuhan tidak ambil pusing kapan tibanya Lebaran. Bisa saja Tuhan lebih peduli bagaimana umat bersatu dalam berlebaran. Sehingga menjadi sebuah konser akbar beserta semesta raya alam. Bahkan mungkin Tuhan lebih tertarik, bagaimana Ramadhan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah berlebaran. 

Buku ini inginnya menjadi sebuah ramadhanan yang sempit dituliskan. Tidak ingin menjadi sebuah kenangan, karena akan menjadi Flamboyan yang disemboyankan. Tetapi ingin menjadi sebilah pedang, karena sebilah pedang tidak dibuat dengan belaian lembut, tapi oleh tempaan palu dan api. Karena hidup adalah perjuangan, bagi setiap ksatria.

Event Pameran Buku

21-27 Mei 2012 Pameran Buku di Gedung Koni KotaWali

Pameran Buku, Oase Bagi Minat Baca Buku Yang Mengering


Hasil penelitian Program for Internasional Student Assessment (PISA) 2009 sebagaimana dikutip Editorial Kompasiana (Kompas 24 Mei 2012) menunjukkan bahwa minat masyarakat Indonesia dalam membaca buku masih rendah. Indonesia berada di posisi sembilan terbawah, atau peringkat 57 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam penelitian.

Di Demak hal itu bisa kita buktikan dalam kehidupan sehari-hari, jarang kita temui aktivitas orang membaca buku di ruang publik, saat menunggu, atau dalam perjalanan. Bahkan yang berseragam sekolah atau mahasiswa sekalipun jarang kedapatan membaca buku.


Sedikitnya jumlah dan ragam buku berkualitas yang up to date, serta akses buku yang sulit dan mahal, kerap menjadi kendala yang ditemui di daerah. Tradisi bertutur lisan dalam menyebarkan dan menggali informasi, ditambah maraknya budaya komunikasi non-lisan melalui gadget (sms,googling, media sosial) semakin sirnalah kebiasaan membaca buku.

Untuk itu perlu upaya menumbuhkan budaya membaca buku di masyarakat. Salah satunya adalah menghadirkan beragam jenis buku berkualitas dengan harga murah dalam jumlah banyak. Pemkab Demak pada tanggal 21 - 27 Mei 2012 menyelenggarakan Pesta Sejuta Buku guna menghadirkan buku-buku murah dan berkualitas. Pameran buku ini diharapkan menjadi oase bagi minat baca yang selama ini mengering. Beragam jenis buku berkualitas menjadi sumber penawar yang mengobati dahaga kebutuhan informasi warga. Kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan dalam mengatasi permasalahan kehidupan yang makin rumit, diharapkan dapat dipenuhi dari buku-buku tersebut. Sehingga masyarakat menjadi tertarik menggali ilmu dari buku.

Upaya meningkatkan tradisi membaca buku lewat pameran buku tersebut ternyata tidak mudah, hal ini terlihat dari animo berkunjung masyarakat yang kurang memuaskan. Hingga hari kelima, pameran yang diselenggarakan oleh pemkab Demak di gedung KONI ini jumlah pengunjungnya masih sedikit. Kalah ramai dari pengunjung pasar malam, gerebek besar, atau bazar sembako. Juga jika dibandingkan dengan pameran-pameran buku di kota - kota lainnya. 

Kondisi demikian perlu dievaluasi agar penyelenggaraan event berikutnya bisa lebih memuaskan. Sebagai saran bagi penyelengara: acara pendudung perlu dikemas lebih menghibur, menambahkan unsur-unsur lokal, menggabungkan konsep pasar malam gerebek besar dan pameran2 lainnya yang telah sukses dihelat.

Publikasi yang kurang greget pada acara ini perlu mendapat perhatian agar acara berikutnya gaungnya lebih terdengar meriah. Konsep publikasi yang dilakukan penyelenggara pasar malam gerebek besar bisa diadaptasi, seperti memenuhi titik-titik ramai dan dijalan-jalan utama dengan spanduk/baliho, menggandeng radio suara kota wali atau media masa, serta menyelenggarakan event pendahuluan atau saat pameran yang menyedot perhatian masa sangat banyak seperti acara jalan sehat berhadiah motor, hadiah itu tiap hari diarak keliling dari kampung ke kampung. Jika publikasi dirasa mahal dan menyedot anggaran besar panitia bisa menggandeng sponsor atau donasi dari CSR  perusahaan yang selama ini peduli terhadap pendidikan.

Pemilihan tanggal penyelenggaraan dirasa penting, penyelenggaran pameran di tanggal tua bisa menyebabkan  masyarakat malas mengunjungi pameran. Hal ini sangat dimaklumi karena mayoritas masyarakat yang berpenghasilan bulanan, anggaran belanja nya (termasuk anggaran beli buku) telah ditunaikan jauh-jauh hari di tanggal muda. Sehingga pada tanggal tua, menyisakan uang yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, dan sedikit untuk ditabung. Oleh karena itu penyelenggaraan pameran sebaiknya diselenggarakan antara tanggal 28 hingga tanggal 4 bulan berikutnya.

Peran Penerbit dan Toko Buku

Selain pemerintah yang wajib mendorong masyarakat untuk meningkatkan budaya membaca buku, penerbit dan toko buku juga dituntut turut serta melakukan peran yang sama. Mereka perlu mengedukasi masyarakat dan mengambil perhatian masyarakat terhadap buku.

Jika kita melihat produsen rokok, barang elektronik, consumer goods, dan industri perbankan gencar melakukan promo dan iklan, baik melalui above the line maupun bellow the line  guna mencuci otak masyarakat agar berminat terhadap produk mereka, maka sudah seharusnya penerbit dan toko buku melakukan usaha yang sama, bahkan lebih, untuk mengambil hati masyarakat agar tertarik pada buku. Terlebih upaya ini punya sisi yang mulia yaitu mencerdaskan masyarakat. Kesediaan penerbit dan Toko buku menjemput bola, berpartisipasi dalam Pesta Sejuta Buku patut diacungi jempol.

Kita sebagai masyarakat, seberapa besar 'budaya membaca buku' kita? Kita berharap upaya mentradisikan membaca buku mendapat dukungan dari berbagai pihak dan bisa sukses.

Info Buku Baru


Review by Fitri Ragil Kuning
SEGITIGA – Sebuah Novel Duet 

Judul : Segitiga
Penulis : Dian Nafi & Nessa Kartika
Penerbit : Hasfa Publishing
Terbit : Mei 2012
Halaman : vi + 120 halaman

Sudah menjadi sifat manusia bahwa dia akan melakukan apapun demi kepuasan dirinya sendiri. Tak peduli apakah keinginan itu merugikan orang lain atau tidak. Untuk itu, tak heran rasanya jika semakin hari semakin banyak kita temukan tangan-tangan jahil yang memanfaatkan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan. Yang dirugikan, justru orang-orang awam yang tak mengerti sama sekali. Sebut saja korupsi, misalnya.

Seperti yang dikisahkan dalam novel duet ini, bahwa kekuasaan mampu membungkam mulut siapa saja, termasuk anggota-anggota LSM yang seharusnya bisa mewakili aspirasi masyarakat. Yang benar menjadi salah, yang salah pun terkesan dibenarkan. Berbagai negosiasi dan ‘main belakang’ selalu menjadi cara kerjanya.

Novel yang berbau permainan politik ini tidak terkesan kaku karena di dalamnya terselip kisah-kisah cinta yang bahkan bisa dikata mendominasi bagian dari novel duet ini. Segitiga, lebih tepatnya saya pribadi menyebutnya segitiga cinta. Ada tiga titik terhubung yang mencoba untuk meraih satu tujuan, yaitu cinta. Cinta antara Nuning, Ryan, dan Faisal. Meski pada akhirnya cinta pula yang membuat Nuning mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya untuk membatalkan pernikahan demi kembali pada cinta yang dia rasakan lebih pantas untuk dimiliki. 

Novel karya Dian Nafi dan Nessa Kartika ini juga kental dalam penyajian setting dan tokoh-tokohnya. Pembaca akan digiring memasuki kawasan Yogyakarta yang memang sengaja diciptakan sebagai setting utama. 

Cover depan yang fresh dengan color orange sangat menarik siapa saja untuk memiliki novel ini. Ditambah dengan ilustrasi yang keren tapi tidak terkesan glamour membuat novel ini terlihat elegan. 

Namun di novel ini juga banyak ditemukan paragraf yang mengandung kalimat-kalimat kiasan yang membuat pembaca harus berpikir ulang untuk mencernanya. Apalagi ditambah dengan loncatan plot yang kadang terasa sangat cepat.

Selebihnya, Anda perlu memiliki novel ini segera. Ada pesan-pesan moral yang ingin dituturkan oleh kedua penulis tanpa bermaksud menggurui. Bahwasanya hukum di negara kita ternyata masih terlalu kerdil untuk mengatasi seorang koruptor, bahkan seorang pengusaha kaya yang dikelilingi oleh antek-anteknya.

Selamat membaca 
Description: https://s-static.ak.facebook.com/images/blank.gif

Di Terminal Kedatangan

Meski belum bisa menghubungi Wida, kami tak mau ambil pusing. Keputusan yang diambil, lebih baik kami berkorban menunggu beberapa jam di bandara daripada Wida datang jauh-jauh dari Mesir tanpa seorangpun tampak menjemputnya. Karenanya kami bergegas masuk mobil dan Amand dengan lincahnya mengendarai melewati segala kemacetan. Sehingga kami tiba di bandara jam enam lebih sedikit. Langit telah menenggelamkan mentari dan lampu-lampu merkuri memandikan jalan raya, pepohonan perdu dan rerumputan di taman jalan juga mobil-mobil yang terparkir berjajar di depan bandara.

Rayhan –sulungku tujuh tahun- dan adiknya Nayla berlarian sepanjang koridor. Mereka sudah hafal ke mana harus duduk menunggu jika tujuannya adalah menjemput. Di terminal kedatangan.

“Masih belum bisa dihubungi bu?” tanyaku pada ibu karena aku juga belum berhasil  menghubungi Wida-adikku yang rencananya datang malam ini dari Mesir setelah empat tahun masa studi di Al Azhar.

“Belum. Kita tunggulah” jawab ibu sambil duduk di kursi panjang berbahan metal berwarna silver yang sudah mulai korosi di sana sini, terlalu sering diduduki.

Untunglah Rayhan dan Nayla menikmati acara menunggu ini dengan tanpa rasa terbebani. Aku berhasil menyuapi mereka makan malam yang telah kubawa dari rumah dalam sebuah wadah yang menjaga makanan tetap hangat.

Ponselku berdering pendek. Sebuah pesan singkat dari adik lelakiku –Kamal.

Wida sudah datang belum, mbak? Aku berangkat langsung dari Solo. Sekarang baru sampai tugu muda.

 Kamal belajar spesialis penyakit dalam di Solo setahun ini.  Meski waktunya sempit karena jam tiga dini hari nanti ia harus kembali lagi ke Solo untuk jaga sebagai residen, ia selalu menyempatkan datang untuk acara penting seperti ini.

Belum datang. Aku dan ibu masih di bandara kok.

Pesan singkatku sebagai jawaban tak lama kemudian terjawab dengan kehadirannya. Satu-satunya lelaki di antara kami empat bersaudara. Dia mencium punggung tangan ibu dan milikku dengan takdzim. Masih tidak berubah sejak dulu. Dua krucilku menyambutnya dengan hangat.

 “Bagaimana? Coba kamu tanyakan ke konter-konter itu. Supaya jelas ada nama adikmu tidak di daftar penumpang mereka?” ibu mulai cemas. Dan aku berlari ke konter-konter tiket pesawat yang ada di ujung lain dari bandara ini. Mencari tahu tapi ternyata tidak ada nama adikku di daftar penumpang pesawat manapun.

Ketika aku kembali ke terminal kedatangan, menemui ibu di bangku panjang tempatnya dua jam ini menunggu tanpa kejelasan, ibu sedang mengakhiri perbincangan di ponselnya.

“Adikmu masih di bandara Soeta. Tidak terkejar naik pesawat ke Semarang malam ini. Kemungkinan besok pagi baru bisa terbang. Kita pulang. Besok ke sini lagi” ibu bangkit dari tempat duduknya. Tampak lelah sekali.

“Wah sayang sekali. Aku jam tiga dinihari ini harus balik lagi ke Solo” gerutu adik lelakiku. Ah, ternyata dia menyempatkan diri hadir di bandara ini di tengah waktunya yang sempit harus jaga bangsal dan pasien rumah sakit sebagai bagian dari pendidikan spesialisnya.

“Iya, nggak apa. Besok ibu sama kakakmu saja lagi yang menjemput. Mana Rayhan dan Nayla?” ibu bahkan masih mengkhawatirkan cucu-cucunya.  

Dua balitaku berlari mendekat ke nenek mereka. Seolah mengerti isyarat mataku kepada mereka yang berlari-larian di area dekat televisi besar yang tergantung di terminal kedatangan ini. Kami semua meninggalkan bandara malam itu dengan rencana kembali besok hari setelah ada kabar dari Wida mengenai jadual terbangnya dari Jakarta.

**

 Jam dua belas siang kami kembali berada di terminal kedatangan. Ibu kelelahan sebenarnya  karena tiga hari  ini berkutat dengan persiapan banyak acara dan tiga hari ke depan juga akan melakukan beberapa kegiatan penting dan juga perjalanan, termasuk reuni dengan teman-teman kampusnya dulu. Tapi ibu tak mungkin melewatkan acara penting ini. Anak bungsunya, satu-satunya yang studi sampai keluar negeri akan pulang hari ini setelah empat tahun tinggal di Kairo.

Di terminal kedatangan kali ini suasananya lebih ramai. Aku menikmatinya sambil menunggu kedatangan adikku. Pemandangan orang – orang yang gelisah menunggu, hilir mudik petugas yang membersihkan lantai, ada yang membantu mereka yang mencari taksi, orang-orang  yang saling berpelukan ketika bertemu dengan yang dijemput.

Seorang bule dan perempuan muda agak jauh dari terminal kedatangan, berdiri berhadapan dengan senda gurau dan tertawa – tawa kecil meski tak bisa menutupi raut murung di wajah mereka. Ekspresi perpisahan yang berat namun harus terjadi. Mengingatkan diriku sendiri ketika melepas Alexander Kudzierko kembali ke Inggris setelah setahun bersamaku memegang kendali marketing di sebuah perusahaan eksportir furniture.

Sambil terus mengawasi dua anakku, mataku bergeser ke pintu terminal kedatangan karena beberapa orang keluar dari sana. Seorang lelaki tinggi berkaca mata membawa tas ransel di punggungnya dengan satu koper besar beroda, mencium punggung tangan seorang perempuan setengah baya berjilbab. Mungkin ibunya. Lalu mencium punggung tangan seorang lelaki beruban berwajah simpatik, mungkin ayahnya. Si anak yang membanggakan itu mungkin seperti adikku. Baru saja menyelesaikan studinya di luar negeri dan membawa pulang kemenangan berikut harapan-harapan baru.

Serombongan orang berseragam batik ungu tampak keluar dari pintu terminal kedatangan. Terbaca tulisan pada emblem di seragam bagian dada kirinya. Sebuah perusahaan tour umroh haji yang terkenal di Semarang. Rupanya mereka pulang umroh.

“Berapa jumlah rombongan bu? berapa hari bu umrohnya?” aku bertanya dengan seorang perempuan di antara mereka yang terdekat denganku.

“Ada Sembilan puluh orang. Umrohnya sembilan hari sudah termasuk perjalanan. Tiga hari di Mekkah, tiga hari di Medinah” jawabnya lengkap seperti tahu persis seperti apa jawaban yang kuinginkan darinya.

Para jamaah tampak dijemput keluarganya masing-masing. Mengharukan sekali. Saat kucium punggung tangan beberapa ibu jamaah umroh itu, seakan aroma Makkah Madinah tercium olehku. Hatiku haru oleh kerinduan. Tiga tahun lalu tepatnya aku Alhamdulillah pergi berhaji. Dan selalu hatiku menangis dan berharap ingin ke sana lagi setiap kali melihat rombongan umroh atau haji.

Sekejap kemudian aku sadar mungkin sekali Wida ada dalam pesawat yang sama dengan rombongan umroh ini. Mataku bergegas gerilya mencari sosok mungil adikku itu. Empat tahun yang panjang bagi ibuku tentu saja. Dengan segala carut marut dan kekisruhan di bumi kinanah itu. Pertemuan ini akan menjadi penawar setelah lelah penantian. Dan obat bagi keletihannya sebagai orang tua tunggal bagi kami. Nhah itu dia Wida!

“Ibu! Itu Wida, bu!” aku berteriak girang membayangkan ibu juga mengalami euphoria sepertiku. Kepala dan jilbabku bergoyang ke sana kemari mencari-cari sosok ibu di antara deretan penjemput yang berdiri di sepanjang pagar batas di depan pintu terminal kedatangan.

Seorang perempuan tua yang pucat dan lesu terjatuh di pojok sana, jauh dari tempatku berdiri. Seorang lelaki sigap menangkap tubuhnya yang terkulai. Aku berlari mendekat ke arahnya dan mengabaikan Wida yang entah melihatku atau belum.

Perempuan tua itu, ibu, yang segenap jiwa raganya ia berikan untuk kami, anak-anaknya. Tuhan menjemputnya terlebih dulu sebelum beliau berhasil menjemput anak bungsu terkasihnya di hari ini.

Kiat Menulis Dengan Scamper

Kiat Menulis Dengan Scamper

Menulis, Orang, Dokumen, Kertas
Seorang penulis yang baik adalah penulis yang tidak terpaku pada ide yang pertama kali keluar. Baginya, ide adalah sesuatu yang bisa terus bergerak, berubah. Bahkan sebenarnya, ide pertama yang keluar dalam benaknya adalah ide yang paling biasa-biasa saja, kurang orisinal. Mengapa/ Karena otak kita biasa melakukan asosiasi terdekat. Semakin lama kita memikirkan ide tersebut, kita akan mencari sesuatu yang asosiasinya tidak dekat. Lama-lama kita akan menemukan sesuatu yang lebih orisinil dibandingkan ide pertama kita.
Salah satu cara untuk mengolah ide tersebut adalah dengan menggunakan sistem Scamper.

Scamper adalah sembilan prinsip berpikir kreatif yang diciptakan oleh Alex Osborn dan emudian disusun ulang oleh Bob Eberle. 
Kesembilan prinsip berpikir itu adalah:
S (Substitute) = Mengganti
C (Combine) = Kombinasi
A (Adapt) = Menyesuaikan
M (Magnify/Modify) = Memperbesar/Memodifikasi
P (Put to other use) = Memanfaatkan untuk kegunaan lain
E (Eliminate) = Menghapus
R (Rearrange/Reverse) = Menyusun kembali/Membalik

Scamper disusun berdasarkan pendapat bahwa segala sesuatu yang ‘baru’ sebenarnya adalah penambahan atau modifikasi dari segala sesuatu yang ada. Contohnya, handphone adalah modifikasi dari telepon. Tablet seperti Ipad adalah modifikasi dari komputer. Di dunia kepenulisan, hal yang sama juga berlaku. Kisah Titanic, misalnya, tidak lebih dari versi lain Romeo dan Juliet. Begitu juga dengan cerita Cinderella dan Beauty and The Beast.

Menerapkan Scamper dalam Menulis
S (Substitute) = Mengganti.
Anda boleh mengambil sebuah cerita yang Anda sukai dan mengganti semua hal yang bisa Anda ganti. Ini bukan mencuri, selama orang lain tidak bisa mengenali darimana ‘inspirasi’ cerita Anda. Misalnya Anda mengambil Twilight, tetapi yang manusia adalah cowok, ditemani satu peri cantik dan satu penyihir. Genrenya bukan romantis melainkan komedi. Lokasinya di pedalaman papua. Tetapi plotnya sama persis dengan Twilight.

C (Combine) = Kombinasi
Anda juga bisa menggabungkan beberapa cerita untuk mendapatkan satu cerita yang menarik. Misalnya: Gabungan dari Finding Nemo dan Lord of the Ring, atau  Inception dengan Twilight dan Titanic. Atau Ayat-ayat Cinta dengan Ada Apa dengan Cinta?

A (Adapt) = Menyesuaikan
Sebelum Anda, sudah ada orang-orang yang memikirkan masalah yang mungkin tengah Anda hadapi. Anda bisa memanfaatkan pemikiran ini demi kepentingan Anda. Cara mengolah plot siapa yang Anda Anda bagus? Cara menciptakan tokoh siapa yang bisa saya tiru? Apa yang bisa saya gabungkan dengan ide saya?

M (Magnify/Modify) = Memperbesar/Memodifikasi
Cara lain mendapatkan ide adalah dengan memperbesar atau memperluas ide Anda. Ini, menurut saya adalah salah satu bagian terpenting menjadi penulis. Jika Anda hanya meniru karya penulis lain, Anda tidak memberikan makna baru bagi pembaca. Perempuan jatuh cinta pada lelaki? Sudah banyak sekali. Lalu di mana kelebihan karya Anda? Apakah ada nilai ekstra dalam karya Anda? Bagaimana Anda bisa menciptakan tulisan yang lebih dalam, lebih luas atau lebih bermakna dibandingkan karya yang sudah ada sebelumnya?

P (Put to other use) = Memanfaatkan untuk kegunaan lain
Apakah buku Anda bisa digunakan untuk hal yang lain selain hiburan atau hadiah? Misalnya, buku Anda bisa menjadi buku panduan, inspirasi, dan lain-lain. Dengan demikian, Anda bisa meluaskan lingkup pemasaran buku Anda.

E (Eliminate) = Menghapus
Selain menambahkan ide, Anda juga bisa membuang sebagian dari ide tersebut. Coba perhatikan, bagian mana yang bisa Anda abaikan? Bagaimana kalau buku ini dibagi dua bagian saja? Bagaimana kalau cerita ini dipadatkan? Mana yang perlu? Mana yang tidak perlu?
Proses ini akan Anda hadapi saat Anda mulai mengedit naskah. Mungkin Anda akan merasa sulit karena Anda merasa semua bagian cerita Anda ‘terlihat’ utuh dan tidak boleh diotak-atik. Namun jika Anda bersedia mengotak-atik cerita Anda, bermain dengan ide menghapus dan memadatkan, maka bisa jadi tulisan Anda akan jauh lebih kuat.

R (Rearrange/Reverse) = Menyusun kembali/Membalik

Intinya, kita mengubah langkah kita dalam menyusun cerita. Dari yang biasanya menulis dari awal, kita memulai dengan dari belakang.