Gimana rasanya hidup di Jakarta?
Meski belum sepenuhnya menetap di Jakarta, adalah beberapa kali tinggal
selama beberapa minggu di kota metropolitan ini untuk kerjaan atau workshop.
Pernah ngerasain naik KRL bolak balik dari Tebet ke Cikini selama seminggu.
Huhuhu kepepet-pepet dong di kereta meski sudah berusaha ambil waktu yang
sekiranya sudah berkurang kepadatan manusianya.
Menempuh perjalanan dari gedung Tempo di Palmerah (untuk workshop
jurnalisme investigasi) ke hotel di Tanah Abang bolak balik selama dua
minggu juga pernah, pagi sore pagi sore. Kalau ini aku memanfaatkan gojek. Karena cepat, anti macet, dan murah. Asli.
Bantuan Gojek untuk memudahkan dan melayani customernya, ternyata
terus ditambah. Antara lain dengan GoMassage yang merupakan bagian dari Go
Life.
Badan capek, pegal-pegal padahal masih harus menyelesaikan banyak
pekerjaan dan kegiatan di hari-hari selanjutnya membutuhkan obat. Ya GoMassage
ini yang bisa jadi andalan agar bisa tetap tangguh melanjutkan perjalanan dan
menghadapi tantangan.
Mudah cara pemesanannya. Kayak kita pesan gojek atau gocar gitu. Tapi
ini kita pakai aplikasi golife ya, jadi harus download go life dulu di play
store, buat akun go life. Tinggal memasukkan alamat. Lalu pencet pilihan yang
kita mau.
Kalau mau pijat, kita pijit GoMassage. (eh berima lho kalimatnya
haha)
Apakah mau pakai jasa body massage (pijat badan) ataukah mau
beauty massage (pijat kecantikan) ataukah pijat refleksi.
Aku pilih pijat badan, dan memilih layanan satu jam. Jadi kita
bisa memesan waktu sesuai kebutuhan atau pun kemampuan bayar kita hehe.
Karena aku wanita, maka pilih pemijat wanita dong ya. Baru saja
aku menunggu beberapa waktu, eh sudah langsung nyanthol tuh masuk nama
pemijatnya. Setelah beberapa kali percakapan pendek di inbox chat aplikasinya,
aku tinggal duduk menanti kedatangan si mbak pemijat yang sudah ada fotonya di
apps GoMassage ini.
Sambil nungguin mbak pemijat, aku mengunggah foto-foto acara yang
barusan aku ikuti buat ngasih makan alias nge-feed instagram.
Pas si mbak pemijat datang tanpa ba bi bu, langsung deh memapankan
diri di pembaringan dan si mbak-nya dengan tangan terampilnya memberikan
pijatan-pijatan yang lumayan kuat. Cukup lah buat mengembalikan kelenturan
setelah otot-otot tubuh menegang selama melakukan banyak aktifitas.
Oh ya, krim dan minyak zaitunnya diramu dan dicampur oleh si mbak
pemijat. Dia bawa sendiri kok, jadi kita praktis tidak perlu menyiapkan
apa-apa. All in.
Sambil dipijat, sesekali membalas komen di insta stories ataupun
feed sosmed. Tapi begitu pijatannya makin membuat melayang karena enak,
lama-lama gadget juga diletakkan dengan sukarela.
Si mbak pemijat juga sopan sekali. Suka nawarin alias minta ijin
dulu kalau mau memijat bagian-bagian tubuh kita. Padahal kalau nggak nanya juga
kita pasti persilakan yak an. Pokoknya yang bikin enak dan kembali segar gimana
caranya, gitu lah.
Tapi benar juga kupikir pas dia nanya: mbak, bagian depannya mau
dipijit juga nggak?
Aku berpikir sebentar, dan kuputuskan untuk tidak usah memijit badan
bagian depan. Takut geli. He he he.
Jadi lanjut memijit bagian lain sesuai dengan yang kita inginkan.
Kalau mau minta kerik, bisa juga. Hanya saja kalau pijat syaraf atau refleksi
memang bukan bagiannya, sehingga si mbak pemijat meminta maaf kalau hanya bisa
melakukan sesuai tugasnya saja. Memang begitu SOP-nya mungkin.
Yang jelas, on time beneran satu jam sesuai pesanan, karena dia
pakai timer untuk menghitungnya. Makasih ya mbak.
0 Comments:
Posting Komentar